Rabu 10 May 2023 18:18 WIB

Belajar dari Teladan Rasulullah SAW Kelola Pangan dalam Keluarga

Rasulullah SAW sebaik-baik contoh dalam keluarga

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebaik-baik contoh dalam keluarga
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebaik-baik contoh dalam keluarga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rumah tangga Rasulullah SAW merupakan pendidikan yang hakiki. Di mana di dalamnya terkumpul semua elemen pembelajaran hidup yang dibutuhkan oleh umat manusia. 

Rasulullah SAW merupakan suri teladan dalam hal berakhlak kepada keluarganya sendiri. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah menyatakan sebagai berikut: 

Baca Juga

خَيرُكم خَيرُكم لأهلِه، وأنا خَيرُكم لأهلي “Sebaik-baiknya kalian adalah yang berprilaku baik terhadap keluarganya dan aku adalah teladan terbaik kalian.” 

Termasuk pada aspek ini adalah bagaimana Nabi Muhammad SAW mencontohkan tentang penyediaan kebutuhan makan atau nafkah materi bagi keluarganya.

Abdul Fattah As-Samman dalam buku Harta Nabi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan keluarga beliau menjadi beban bagi orang lain. 

Di sisi lain, rumah Nabi SAW merupakan tempat yang nikmat dan teduh bagi orang-orang kelaparan, orang-orang terlantar, dan kaum miskin papa.

Bahkan istri-istri Nabi SAW mempunyai peran besar dalam menyediakan makanan bagi orang-orang kelaparan, terlantar, dan kaum miskin papa. Nabi SAW juga mengatur pekerjaan dan menyeleksi indikasi-indikasinya.

Adapun dalilnya sebagaimana yang disampaikan Sayyidina Umar bin Khattab bahwa sesungguhnya Nabi SAW menjual kurma Bani An-Nadhir dan menyimpan makanan untuk persediaan selama setahun bagi keluarga beliau.” 

Dijelaskan bahwa dalam hadits tersebut terdapat tiga kondisi. Yakni pertama, Nabi SAW memiliki fai (harta rampasan perang) dari tanah Bani Nadhir sehingga beliau tidak menginfakkan semua harta beliau.

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

Kedua, Nabi SAW menekuni perdagangan dengan membeli dan menjual barang. Artinya, pekerjaan Nabi senantiasa berdagang dengan tujuan meneruskan pekerjaan dan beramal.

Ketiga, Nabi SAW melakukan beberapa persiapan menyikapi perkembangan situasi dan keadaan sehingga beliau menyimpan makanan untuk persediaan selama setahun bagi keluarga beliau. 

Hal ini merupakan isyarat sangat penting, sebab rezeki tidak tersedia setiap hari maka memenuhi kebutuhan untuk esok hari harus diantisipasi.

Bahkan terkadang Nabi SAW menyimpan makanan pokok untuk persediaan lebih dari satu tahun, seandainya makanan yang disimpan tidak rusak. Sebab sarana untuk menyimpan makanan supaya mampu bertahan lama pada masa itu belum lah ada.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement