Rabu 10 May 2023 19:52 WIB

Catatan Nasib Kajian Islam Hadapi Tantangan Dunia Global Menurut UIII  

Kajian Islam dituntut menjawab persoalan aktual di masyarakat

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat.  Kajian Islam dituntut menjawab persoalan aktual di masyarakat
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat. Kajian Islam dituntut menjawab persoalan aktual di masyarakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dekan Fakultas Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof Noorhaidi Hasan berharap kajian Islam bisa menjawab berbagai tantangan global.

Di antaranya adalah masalah konflik, masalah kemiskinan, akses pendidikan yang belum merata, kesetaraan gender, hak asasi mausia yang masih diabaikan, serta pertumbuhan ekonomi yang agak lambat.   

Baca Juga

“Itu masalah riil, belum lagi nanti pemanasan global, krisis lingkungan dan lain-lain. Nah Ini seharusnya kajian Islam bisa memberikan sumbangan untuk menjawab persoalan-persoalan ini,” ujar Prof Noorhaidi saat ditemui Republika.co.id dalam kegiatan bertema “Forum Internasional Pertama Tentang Arah Baru Kajian Islam dalam Menghadapi Tantangan Global” di UIII, Cimanggis, Depok, Rabu (10/5/2023). 

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengatakan, kajian Islam tidak boleh seperti menara gading yang hanya berada di awang-awang, yang tidak relevan dengan pertanyaan masyarakat hari ini terkait dengan perkembangan dunia.  

Nah kita ingin kajian Islam itu memiliki relevansi untuk menjawab tantangan-tantangan global itu,” ucap Noorhaidi. 

Forum internasional ini juga mengundang duta besar dari kawasan Timur Tengah, para dosen kelas internasional, serta mahasiswa. Melalui forum ini, kata Noorhaidi, pihakya ingin menawarkan arah baru kajian Islam.  

“Kita ingin menawarkan semacam arah baru kajian Islam yang selama ini kalau di dunia Muslim itu kayak terjerat di dalam doktrin, norma-norma, sehingga seperti tidak bisa mengembangkan relevansinya dengan tantangan kekinian,” kata dia. 

Sementara, lanjut dia, di Barat kajian kritis mengalami perkembangan dan kuat secara metodologis, serta sudah banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia.  

Nah, ini ada dikotomi kan, Barat dan Timur. Orang-orang di dunia Muslim masih merasa yang berkembang di Barat itu sesuatu yang tidak terlalau cocok dengan tantangan-tantangan yang mereka hadapi,” jelas Noorhadi. 

Sedangkan orang Barat melihat bahwa kajian Islam itu masih terlalu fokus pada teks atau pada pendekatan yang sifatnya normatif.

“Jadi kami ingin menjembatani itu, di sini tempatnya, menjembatani antara yang saya sebut dikotomi tadi. Kita ingin keluar dari dikotomi itu, teks dan praktis dipelajari keduanya. Teori Timur, Barat, kemudian kajian-kajian klasik, modern, dikombinasikan di sini semua,” kata Noorhadi. 

Selama ini, tambah dia, pusat-pusat kajian Islam hanya bekembang di negara Timur Tengah atau di Amerika dan Eropa. Karena itu, kali ini kampus UIII hadir untuk mengembangkan arah baru kajian Islam yang bisa menjembatani Timur dan Barat. 

“Kita justru karena mempetemukan antara beberapa kutub tadi, arah baru kajian Islam itu berkembang di situ sebagai sintesis atas semuanya, mempertemukan Barat-Timur sekaligus menjawab tantangan-tantangan awal yang dihadapi sebuah bangsa,” jelas dia. 

Sementara itu, Rektor UIII Prof Komarudin Hidayat menjelaskan, sebenarnya sekarang ini semua bidang keilmuan sedang mengalami perubahan, baik ilmu ekonomi, politik, termasuk studi agama-agama.  

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

“Nah, sekarang ini kan ada satu tuntutan baru, apa yang bisa diperankan agama dalam merespons berbagai krisis sekarang ini? Jadi kita ingin dari kampus ini memberikan kontribusi pemikiran lewat kuliah, seminar, riset, sehingga agama Islam, lebih-lebih Indonesia itu memberikan suatu wawasan, solusi untuk kebijakan publik, baik Indonesia maupun dunia,” kata Komarudin. 

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta inj menambahkan, Indonesia sendiri sudah memiliki banyak pengalaman, seperti hubungan antar agama yang damai dan hubungan Islam dan demokrasi.  

“Nah ini kita ingin share kapada dunia lebih luas lagi. Jadi kampus ini ingin menjadi satu forum yang bisa mempertemukan berbagai pemikiran tadi,” tutupnya.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement