REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah Indonesia tengah menghadapi deindustrialisasi menyusul penyerapan kerja di sektor informal yang meningkat namun sumbangan sektor industri terhadap PDB malah mengalami penurunan. Menperin memastikan industri masih tumbuh dengan baik dan masih berada di level ekspansi.
"Industri tumbuh dan pace-nya tetap baik di kuartal I 2023 tumbuh 4,67 persen, artinya mendekati pertumbuhan ekonomi nasional dan dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan ini naik," katanya seusai acara Penganugerahan Penghargaan Upakarti 2022 di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Menperin menyebut indikator pertumbuhan industri juga terlihat dari capaian Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan April 2023 yang berada di posisi 52,7 atau naik signifikan dibanding capaian Maret 2023 di level 51,9.
"Berdasarkan PMI itu angkanya ekspansi, sangat menjanjikan. Bahkan sejak Maret dibandingkan bulan Maret dan April itu ada kenaikan. Jadi 20 bulan berturut-turut angka PMI itu dalam posisi ekspansif," imbuhnya.
Pertumbuhan yang ekspansi itu juga tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis Kemenperin. Per April 2023, IKI tercatat sebesar 51,38, melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 51,87, namun masih di level ekspansi.
"Kalau kita lihat sejak diluncurkannya IKI, hasil survei IKI juga konsisten dengan hasil survei PMI. Jadi saya tidak melihat ini merupakan proses deindustrialisasi, bahkan sebaliknya, pertumbuhan industri masih baik, industri terhadap PDB juga masih baik ekspor juga demikian," ungkap Menperin.
Kendati demikian, Menperin mengakui ada sektor industri tertentu yang mengalami tekanan umumnya karena pelemahan pasar yang ada. Walaupun tidak menyebut sektornya, Menperin menyebut masih ada sektor industri yang tertekan hingga saat ini. Hal itu terlihat dari nilai IKI di industri tersebut yang masih berada di bawah level ekspansi atau di bawah skor 50,00.
"Ada lima bulan lalu (sektor yang) tekanannya luar biasa, angkanya di 40, tapi dengan kebijakan yang diambil dan sebagainya, tekanannya tidak seberat dulu. Belum 50, jadi masih kategori tertekan tapi tekanannya berbeda," katanya.
Menperin juga memastikan penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur kini telah menyamai penyerapan di masa sebelum COVID-19.
"Kalau kita lihat data penyerapan tenaga kerja industri terus menerus naik bahkan beberapa waktu yang lalu penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur sudah sama dengan pra-COVID-19," katanya.