REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah perkembangan dakwah Islam yang dibawa Rasulullah, terjadi sejumlah perang. Ini karena Rasulullah dan pengikutnya berupaya mempertahankan nilai-nilai tauhid, yang terus diganggu oleh orang kafir yang tak mau menerima Islam.
Saat perang, Nabi Muhammad SAW membawa sejumlah peralatan perang ketika umat Muslim melakukan perang. Lantas, apa saja yang dibawa Nabi ke dalam medan perang?
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan, peralatan perang yang digunakan Rasulullah jumlahnya banyak sekali. Antara lain tongkat Nabi yang mana tongkat ini termasuk harta pusaka Nabi yang menjadi shadaqah.
Tongkat bersama tiga beliau termasuk yang menjadi simbol kebesaran Khulafaurrasyidin yang diberi nama Al-Mamsyuq. Kemudian, cincin Nabi yang berfungsi sebagai stempel.
Bejana Nabi yang diberi nama Ar-Rayyan dan bejana keduanya diberi nama Mughits serta bejana-bejana lainnya. Di sisi persenjataan perang, Rasulullah membawa beberapa pedang yang masing-masing pedang diberikan nama.
Lalu Nabi membawa Duru’ (baju besi) serta busur dan tempat anak panah, tombak, mighfar (topi baja yang menutupi dua telinga) dan baidhah (topi baja yang bentuknya bulat setengah lingkaran). Dalam hal kendaraan, Nabi membawa kuda, bighal, keledai, unta kendaraan Nabi, dan unta perah Nabi.
Tak hanya itu, Rasulullah juga membawa infak apabila beliau membutuhkan pengobatan di saat perang. Terakhir, Nabi juga membawa kain kafannya sendiri dan bersabda: “Apabila aku mati, maka hendaknya kalian memandikan aku dengan air tujuh geriba dari sumurku ini yaitu sumur Ghars,”. Hadis ini diriwayatkan Imam Ibnu Majah.