REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah layanan di aplikasi mobile banking Bank Syariah Indonesia (BSI) masih belum dapat diakses hingga Kamis (11/5/2023). Selain menimbulkan keresahan bagi para nasabah BSI, hal tersebut juga memicu kekhawatiran para pelaku pasar modal.
Kondisi tersebut tecermin dari pergerakan saham BSI. Saham dengan kode BRIS terpantau mengalami penurunan tajam saat perdagangan sesi pertama dibuka pagi ini. BRIS terpangkas cukup dalam hingga lebih dari satu persen.
Pada pukul 10.05, saham BRIS berada di level 1.775 setelah anjlok 1,11 persen. Saham bank syariah terbesar nasional tersebut bahkan sempat menyentuh level 1.755 per saham. Padahal pada perdagangan kemarin, BRIS mampu ditutup menguat signifikan pada level 1.795 setelah BSI mengumumkan layanan ATM pulih.
Sepanjang pagi ini, saham BRIS diperdagangkan direntang level 1.755-1.795. Jumlah saham yang ditransaksikan mencapai 28,17 juta lembar saham dengan nilai transaksi Rp 49,85 miliar. Sementara nilai kapitalisasi pasar BRIS tercatat sebesar Rp 81,65 triliun.
Sebelumnya, manajemen BSI telah menyampaikan permohonan maaf atas kendala yang dialami nasabah dalam mengakses layanan BSI. Manajemen menegaskan komitmen untuk menjaga keamanan dana dan data milik nasabah.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, pihaknya terus melakukan proses normalisasi dengan fokus utama untuk menjaga dana dan data nasabah tetap aman. Hingga saat ini, proses normalisasi layanan telah dilakukan dengan baik.
“Atas nama Bank Syariah Indonesia, kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan nasabah karena adanya kendala dalam mengakses layanan BSI pada 8 Mei 2023,” ujar Hery dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/5/2023).