REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedoman baru dari Preventive Services Task Force di AS merekomendasikan agar wanita menjalani skrining kanker payudara setiap dua tahun mulai usia 40 tahun. Sebelumnya, pada 2016, panel ahli independen menyarankan pemeriksaan dua tahunan dimulai pada usia 50 tahun.
Rekomendasi lama ini mencatat bahwa wanita berusia 40-an tahun dapat berbicara dengan dokter mereka tentang pemeriksaan, terutama jika memiliki riwayat kanker payudara. Perubahan pedoman rekomendasi itu didasarkan hasil dari bukti ilmiah baru.
Menurut National Cancer Institute, tingkat kanker payudara di kalangan wanita usia 40-49 tahun meningkat rata-rata dua persen per tahun dari 2015 hingga 2019. Gugus tugas memperkirakan bahwa rekomendasi baru dapat mencegah setidaknya satu kematian akibat kanker payudara pada setiap 1.000 wanita.
"Dengan rekomendasi baru, ini menyelamatkan 20 persen lebih banyak nyawa untuk semua wanita," kata Wakil Ketua Gugus Tugas, Wanda Nicholson, dilansir Today, Rabu (10/5/2023).
Nicholson menjelaskan bahwa rekomendasi tersebut tidak berlaku untuk wanita dengan riwayat kanker payudara, mereka yang memiliki kelainan pada biopsi sebelumnya, wanita yang terpapar radiasi dada di usia muda, atau mereka yang memiliki penanda genetik untuk kanker payudara. Kelompok ini mungkin perlu menjalani skrining lebih sering.
Sementara itu, ahli radiologi lainnya menilai rekomendasi tersebut tidak cukup bagus untuk deteksi dini. Menurut Ketua Breast Imaging Commission di American College of Radiology, Stamatia Destounis, gugus tugas sebetulnya sudah berada di jalur yang tepat, tetapi masalahnya ada pada skrining dua tahunan itu.
"Skrining tahunan dapat menjaring kebanyakan kasus kanker saat ukurannya masih sangat kecil di saat pengobatan masih paling efektif," ujar seorang profesor di Yale School of Medicine Department of Radiology and Biomedical Imaging, Melissa Durand.
Banyak kelompok medis lain telah merekomendasikan pemeriksaan tahunan sebelum usia 50 tahun. American Cancer Society dan American College of Radiology, misalnya, juga merekomendasikan pemeriksaan tahunan, bukan dua tahunan, mulai dari usia 40 tahun.
Pada 2019, CDC mengatakan sekitar 60 persen wanita berusia 40 hingga 49 tahun dilaporkan menjalani mammogram dalam dua tahun terakhir. Pada 3 Mei lalu, American College of Radiology mengeluarkan pedoman yang merekomendasikan agar semua wanita berbicara dengan dokter pada usia 25 tahun untuk menentukan apakah mereka perlu skrining lebih awal.
American College of Radiology juga merekomendasikan wanita dengan payudara padat, diagnosis kanker payudara sebelum usia 50 tahun, atau riwayat kanker payudara untuk menjalani MRI setiap tahun. Mereka dinilai termasuk dalam kelompok berisiko.
Sementara itu, skrining dua tahunan juga dinilai tidak akan mengubah disparitas terhadap angka kasus kanker payudara. Berdasarkan data, wanita kulit hitam 40 persen lebih mungkin meninggal akibat kanker payudara daripada wanita kulit putih.
Nicholson mengatakan sebagian besar perbedaan itu disebabkan oleh ketidaksetaraan dalam sistem perawatan kesehatan, seperti kurangnya tindak lanjut yang tepat waktu setelah pemeriksaan atau akses pengobatan yang tidak merata. Gugus tugas akhirnya menyimpulkan bahwa risiko mammogram tahunan (termasuk positif palsu dan pencitraan atau biopsi yang tidak perlu setelah pemindaian) melebihi manfaatnya.