Kamis 11 May 2023 19:22 WIB

Dirut Klaim Layanan Perbankan Kembali Normal, Beberapa Fitur BSI Mobile Masih Bermasalah

Fitur-fitur dasar BSI Mobile telah kembali pulih.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Pegawai  BSI membantu nasabah melakukan transaksi di Kantor Cabang Jakarta Thamrin, Jakarta, Kamis (11/5/2023). Layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah kembali normal, baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun mobile banking sehingga dapat digunakan oleh nasabah untuk bertransaksi.
Foto: Prayogi/Republika
Pegawai BSI membantu nasabah melakukan transaksi di Kantor Cabang Jakarta Thamrin, Jakarta, Kamis (11/5/2023). Layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah kembali normal, baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun mobile banking sehingga dapat digunakan oleh nasabah untuk bertransaksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Syariah Indonesia (BSI) mengeklaim layanan perbankannya telah kembali normal, baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM), maupun mobile banking, sehingga dapat digunakan oleh nasabah untuk bertransaksi. Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, proses normalisasi layanan BSI telah dilakukan oleh perseroan dengan baik, dengan prioritas utama untuk meyakinkan dana dan data nasabah tetap aman.

“Alhamdullilah, pada hari ini, layanan cabang, ATM, dan mobile banking sudah kembali normal dan dapat digunakan oleh para nasabah untuk melakukan transaksi,” ujar Hery di Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Baca Juga

Pada hari ini, kata Hery, BSI melakukan peningkatan kapasitas agar core banking dan critical channel bisa kembali dipulihkan dengan cepat, stabil, sehingga layanan kepada nasabah dapat sepenuhnya normal.

Saat Republika mencoba mobile banking BSI, memang ada beberapa fitur yang sudah bisa digunakan, antara lain transaksi berupa cek saldo dan transfer antar-rekening BSI. Sementara itu, transfer antarbank masih harus menggunakan sistem online dengan biaya transaksi Rp 6.500. Sistem BI Fast yang mengenakan biaya transaksi Rp 2.500 masih sering terkendala. Begitu pun dengan fitur top up di dompet digital, saat Republika mencobanya masih belum bisa digunakan.