REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Kelompok Jihad Islam Palestina pada Selasa (9/5/2023) mengumumkan kematian salah satu pemimpin militernya dalam serangan sebelum fajar yang dilakukan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza. Pasca serangan tersebut, Israel terus menargetkan kematian pemimpin Jihad Islam lain dalam serangan terbaru lainnya.
"Ali Ghali ... komandan unit peluncuran roket ... dibunuh di selatan Jalur Gaza bersama dengan para syuhada lainnya," demikian sebuah pernyataan dari Brigade Al-Quds, cabang bersenjata kelompok tersebut. Tentara Israel mengkonfirmasi bahwa mereka menargetkan Ghali dalam serangan tersebut.
Sebagai balasan, militan Palestina menembakkan ratusan roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel pada Rabu, sementara Israel melanjutkan serangkaian serangan udara yang telah menewaskan 23 orang Palestina. Termasuk tiga militan senior dan sedikitnya 10 warga sipil.
Sebuah stasiun TV milik pemerintah Mesir mengumumkan bahwa Mesir, yang sering menjadi penengah di antara kedua belah pihak, telah menengahi gencatan senjata. Namun upaya gencatan senjata tersebut tampaknya goyah ketika pertempuran meningkat pada Rabu (10/5/2023), malam, tanpa ada kedua pihak yang menunjukkan tanda-tanda akan mundur.
Pada Kamis (11/5/2023) pagi, militer Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan komandan regu roket Jihad Islam dalam sebuah serangan udara di sebuah bangunan di Jalur Gaza selatan. Militer mengatakan bahwa Ali Ghali bersembunyi di sebuah apartemen dan bahwa dua militan lain dari kelompok tersebut tewas bersamanya dalam serangan udara di sebuah kompleks perumahan yang dibangun oleh Qatar di Khan Younis.
Israel menuduh Ali Ghali menginstruksikan dan ikut serta dalam serangan roket terhadap Israel dalam beberapa bulan terakhir. Tidak ada komentar dari kelompok militan tersebut.
Dalam sebuah pidato di televisi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa Israel telah memberikan pukulan telak kepada para militan.
Namun Netanyahu memperingatkan babak ini belum berakhir. "Kami katakan kepada para teroris dan mereka yang mengirim mereka. Kami melihat Anda di mana-mana. Kalian tidak bisa bersembunyi, dan kami memilih tempat dan waktu untuk menyerang kalian," ujarnya, seraya menambahkan hanya Israel yang berhak memutuskan kapan serangan ini akan berakhir.
Sepanjang hari, tembakan roket memicu sirene serangan udara di seluruh Israel selatan dan tengah, sekitar 80 kilometer (50 mil) jauhnya. Warga Palestina telah bersiap-siap menghadapi serangan sejak Israel melancarkan serangan udara pertamanya pada Selasa pagi.
Ini merupakan pertempuran terberat antara kedua belah pihak dalam beberapa bulan terakhir, yang mendorong wilayah tersebut semakin dekat ke arah perang besar.
Namun, dalam tanda-tanda bahwa kedua belah pihak berusaha untuk menahan diri, Israel menghindari serangan terhadap kelompok militan Hamas yang kini berkuasa, dan hanya menargetkan faksi Jihad Islam yang lebih kecil dan lebih militan. Sementara itu, Hamas tampaknya tetap memantau berada di pinggir lapangan.
Israel dan Hamas telah berperang dalam empat perang sejak kelompok militan Islam tersebut menguasai Gaza pada tahun 2007.