Kamis 11 May 2023 23:23 WIB

BI Bali: Pariwisata Tidak Berkelanjutan Sangat Berisiko

Dampak negatif tak cuma pada lingkungan, tapi juga sosioekonomi.

Sejumlah warga melakukan ekowisata menyusuri kawasan hutan mangove di wilayah Kedonganan, Badung, Bali, Jumat (18/6/2021). Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Gusti Ayu Diah Utari menyampaikan, pembangunan pariwisata yang tidak berkelanjutan dapat berdampak pada berbagai aspek.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Sejumlah warga melakukan ekowisata menyusuri kawasan hutan mangove di wilayah Kedonganan, Badung, Bali, Jumat (18/6/2021). Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Gusti Ayu Diah Utari menyampaikan, pembangunan pariwisata yang tidak berkelanjutan dapat berdampak pada berbagai aspek.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Gusti Ayu Diah Utari menyampaikan, pembangunan pariwisata yang tidak berkelanjutan dapat berdampak pada pembangunan pariwisata. Dampaknya, pertumbuhan dan distribusi pendapatan masyarakat jadi tidak merata.

Selain itu, pariwisata tidak berkelanjutan akan berdampak negatif pada lingkungan. Dengan daya lingkungan yang tidak mampu mengakomodir kebutuhan wisatawan yang semakin banyak berdampak negatif pada pada lingkungan seperti kerusakan terumbu karang, erosi pantai dan polusi udara serta air.

Baca Juga

"Risiko kejahatan atau tingkat kriminalitas meningkat seperti pencurian, penipuan dan perdagangan manusia," kata Ayu Diah dalam acara Suryaloka (Survei Bicara dan Laporan Perekonomian Bali Terkini) di Denpasar, Kamis (11/5/2023).

Duta Besar Keliling RI untuk Wilayah Pasifik Tantowi Yahya mengatakan dalam tren global, masa depan adalah yang terkait dengan berkelanjutan, digital, inklusif dan teknologi. Tantowi menambahkan, jika berkaca dari Selandia Baru, mereka mempertahankan betul keseimbangan jumlah penduduk dengan wisatawan yang datang juga keseimbangan alam dan jumlah manusia.

"Ketika sudah mendekati angka jumlah penduduk, maka ada protes dari masyarakat yang mau tidak mau harus didengar pemerintah," ujar Tantowi.

Sedangkan terkait dengan Bali, lanjut Tantowi, maka titik keseimbangan akan tercapai ketika sudah mendapatkan jumlah ideal wisatawan yang datang ke Bali. Itu dapat ditelaah sesuai daya tampung geografis dan demografis (sosial budaya).

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement