REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Momen terpilihnya Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur dalam pemilihan presiden di Sidang MPR RI 1999, menjadi salah satu peristiwa bersejarah yang tak terlupakan. Drama politik itu berujung pada kemenangan kubu 'Poros Tengah' melawan blok PDIP.
Putri Gus Dur, Yenny Wahid pun tak melupakan momen-momen tersebut. Dalam program 'Untold Story Gus Dur' dan diunggah di laman akun Youtue Metro Tv, Kamis (12/5/2023), Yenny mengatakan, kelompok ibu Megawati tidak siap saat itu. "Tidak siap kalah karena mungkin menghitung pasti akan menang, jadi pasti syok, (belaiu) syok dan kemudian menangis saat itu," ujar Yenny.
Menurut Yenny, adalah hal wajar beliau menangis karena memamg kecewa. Kemudian, selepas sidang, Gus Dur keluar dari gedung MPR/DPR untuk bertolak menggunakan mobil kepresidenan. "Semua ingin masuk saat itu, umpel umpelan di mobil kepresidenan," ujarnya.
Mobil pun sudah ditaruh halaman, tapi ada satu hal yang selalu membuat Yenny berkesan. Ia mendapat perintah khusus dari bapak. "Yen yen kamu lari, bilang sama mbak Megawati saya mau ke rumahnya," pinta Gus Dur seperti ditirukan Yenn.
Yenny pun langsung lari ke halaman gedung DPR untuk mencari Megawati. Setelah bertemu, ia mengatakan, "Bapak mau ke sana".
Ibu megawati pun tidak menjawab karena mungkin masih syok. Namun malamnya, Gus Dur bertolak ke rumah bu megawati.
Waktu itu banyak pendukung Megawati yang tak terima. Terjadi perusakan seperti di Solo dan Bali. "Gus Dur tahu ini harus diakomodasi kepentingan mereka. Gus Dur berpikir panjang dan ingin religius dan nasionalis bersatu."
Di rumah Megawati, Gus Dur pun langsung meminta ketum PDIP itu untuk menjadi wakil presiden. "Ok mba Megawati, saya mau mba Megawati jadi wakil saya," kata tokoh NU itu.
Namun, PDIP memberi syarat. Partai berlogo banteng itu ingin pemilihan wapres berdasarkan aklamasi. Karena seperti diketahui blok Poros Tengah lebih besar dibandingkan nasionalis. "Jadi kalau diadu pasti kalah."
Gus Dur lantas menyanggupi permintaan tersebut. Sepulang dari rumah Megawati, Abdurrahman Wahid mengumpulkan tokoh-tokoh politik, seperti Akbar Tanjung, Wiranto, dan Hamzah Haz. Semua pun akhirnya sepakat dengan usulan Gus Dur. Keesokan harinya, Megawati diangkat secara aklamasi sebagai cawapres.