REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Anggota parlemen Inggris meluncurkan penyelidikan terhadap keadilan penyebaran rantai pasokan pangan. Investigasi ini bertujuan untuk memahami inflasi pangan tertinggi sejak 1970-an yang dialami keluarga Inggris.
Komite Lingkungan, Pangan dan Pedesaan (EFRA) House of Commons mengatakan akan menyelidiki berapa profit dan resiko yang dibagikan dari "ladang ke meja makan" dan tingkat regulasi. Komite juga akan menyelidiki dampak eksternal rantai pasokan seperti harga komoditas global dan makanan impor.
"Ketika banyak orang kesulitan memberi keluarga mereka makanan berkualitas dengan harga terjangkau, sudah menjadi tugas kami untuk memahami apa yang terjadi," kata ketua komite EFRA dan anggota parlemen dari Partai Konservatif Robert Goodwill, Kamis (11/5/2023).
"Kami tahu konsumen membayar harga mahal, tapi pernyataannya adalah apakah ada bagian dari rantai pasokan yang mendapatkan untung tidak semestinya dari itu atau beberapa dari mereka merasa tertekan," tambahnya.
Pada awal bulan ini pemerintah Prancis berjanji untuk mengambil tindakan terhadap ritel pangan yang gagal menurunkan harga grosir ke konsumen. Di Inggris, Partai Liberal Demokrat mendorong pemerintah menyelidiki profit toko swalayan.
Kelompok toko-toko swalayan termasuk Tesco membantah mereka mengambil untuk berlebih. Mereka mengatakan juga mengalami kerugian dan beroperasi dengan margin 4 persen atau kurang, sementara perusahaan kebutuhan konsumen seperti Unilever dan Nestle mendapatkan marjin 16 sampai 17 persen.
Data pemerintah Inggris menunjukkan harga pangan pada bulan Maret di negara itu naik 19,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan harga makanan tertinggi sejak Agustus 1977 sementara inflasi grosir pada bulan April naik 17,3 persen.
Bank sentral Inggris mengatakan diperkirakan inflasi yang masih di atas 10 persen pada bulan Maret lalu, mereda lebih lambat dari yang diharapkan. Sebagian besar karena kenaikan harga yang besar dan tak kunjung turun.
Ritel makan memperkirakan harga-harga akan naik pada tahun 2023 tapi tingkat inflasi turun sepanjang waktu. Harga beberapa produk seperti susu, mentega dan roti yang naik tajam mulai turun.
Komite AFRA tidak memiliki wewenang untuk mengubah legislasi tapi dapat mengambil bukti tertulis dan verbal dari petani, manufaktur, ritel, pemerintah dan konsumen.