REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Sumatra Barat, Abdul Malik Karim Amrullah atau yang populer dengan nama Buya Hamka, menjelaskan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam menemukan jodoh yang terbaik untuk dipersunting. Ini dijelaskan dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Azhar, dalam bab pembahasan tafsir Surat At Tahrim ayat 6.
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim ayat 6)
Ayat tersebut dengan jelas menyatakan, bahwa beriman saja belum cukup. Iman mesti dipelihara dan dipupuk, terutama dengan menjaga keselamatan diri dan rumah tangga dari api neraka.
Dari rumah tangga itulah perlu dimulai menanamkan iman dan memupuk Islam. Karena dari rumah tangga itulah akan terbentuk umat, dan dalam umat ini akan tegak masyarakat Islam. Masyarakat Islam ialah suatu masyarakat yang bersamaan dalam pandangan hidup, bersamaan dalam penilaian terhadap alam.
Karena itu, Buya Hamka memaparkan, orang yang beriman tidak boleh pasif, dalam arti berdiam diri atau sekadar menunggu. Hal paling awal yang mendapat perhatian ialah memelihara diri sendiri lebih dulu, agar tidak masuk neraka. Setelah itu memelihara seluruh isi rumah tangga, dari istri hingga anak.
Dengan ayat ini dapat diketahui, letak awal tumbuhnya iman adalah pada diri pribadinya. Dari pribadi ini, dianjurkan untuk mendirikan rumah tangga, dan diperintahkan melaksanakan pernikahan menurut syariat.
Laki-laki dan perempuan diikatkan dengan akad nikah atau ijab dan kabul. Sebagaimana ayat 21 Surat Ar Rum, salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah ialah bahwa diciptakannya manusia dengan berpasang-pasangan, yang dengannya hidup di bawah naungan mawaddah yang berarti cinta dan rahmah yang berarti kasih sayang.
Dalam pergaulan itulah Allah mengkaruniakan anak-anak, sebagaimana disebutkan dalam An Nisa ayat 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
Untuk itu, dalam masa pencarian jodoh, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Imam Malik menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan peraturan kafa'ah atau kufu' tentang mencari pasangan suami atau istri, adalah agama.
Ketika seorang laki-laki hendak mencari calon istri, hendaknya mengutamakan sosok yang berasal dari keluarga yang menghormati nilai-nilai agama. Sebab, dengan kufu', yaitu sama pandangan keagamaan, mudahlah bagi si suami dalam memimpin istrinya, terutama dalam pegangan hidup beragama.
Nabi bersabda, "Pilih-pilihlah tempat mencurahkan nuthfah kamu dan nikahilah perempuan yang sekufu', dan nikahkanlah kepada laki-laki yang sekufu' pula." (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Imam Ahmad bin Hanbal)