REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Trisakti (Usakti) mengadakan pameran 25 karya lomba poster terpilih dan foto koleksi dari Museum Tragedi 12 Mei 1998. Pameran yang berlangsung pada 12-15 Mei 2023 diadakan untuk mengenang 25 tahun Tragedi Trisakti.
"Hari ini kita akan melihat pameran karya lomba yang terpilih. Dan juga museum tragedi 12 Mei 1998 sudah mendapatkan pengakuan di antara 76 koleksi galeri dan museum di DKI Jakarta," kata Rektor Usakti Kadarsah Suryadi dalam sambutannya di acara pembukaan pameran 25 tahun Tragedi Trisakti di kampus Usakti, Jakarta Barat pada Jumat (12/5/2023).
Dia menjelaskan, agar generasi selanjutnya bisa terus memegang intelektual bangsa dan negara maka momentum 12 Mei, diharapkan dapat terus diperingati. Hal itu bertujuan untuk menambahkan semangat para mahasiswa untuk menjadi pemimpin yang tangguh.
"Inspirasi perubahan bangsa lebih baik. Di tangan mahasiswa generasi kepemimpinan dipegang. Dalam mars Trisakti ada bait tiga kali ulang-ulang. Berkibarlah panji-panji ku membangun Indonesia jaya," kata Kadarsah.
Kepala Pusat Konservasi Cagar Budaya Dinas Kebudayaan DKI Linda Enriany mengatakan, dengan adanya Museum Tragedi Trisakti maka bisa menjadi peringatan bagi masyarakat untuk mengenang peristiwa 12 Mei 1998. "Ini menjadi peringatan kita semua. Mengenang reformasi 1998. Dimana para empat aktivis dari Universitas Trisakti telah gugur," kata Linda.
Dia menambahkan, dengan adanya pameran dan museum, masyarakat bisa mengetahui betapa mencekamnya peristiwa pada 12 Mei 1998. Kala itu, mahasiswa yang menuntut proses reformasi harus berhadapan dengan aparat. "Dengan ini pameran 12 Mei 1998 dibuka. Semoga dengan ini generasi muda tertarik dengan sejarah peristiwa tersebut," ujar Linda.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lokasi, pameran karya lomba poster dan ilustrasi dilaksanakan di lorong selasar antara Gedung M dan Gedung L Kampus A Usakti. Para mahasiswa yang melewati pun berhenti sebentar untuk menatap karya-karya tersebut.
Salah satu mahasiswa Alex (23 tahun) mengatakan, deretan karya yang dipajang menjadi pengingat perjuangan para seniornya terdahulu untuk menyampaikan aspirasi kebebasan. "Ya ini kan ada empat yang gugur ya. Pada era itu ternyata susah ya menyampaikan aspirasi. Karya-karya ini menggambarkan peristiwa 12 Mei 1998," kata Alex.