Jumat 12 May 2023 19:25 WIB

Pakar Beri Tips Mencegah Munculnya Perilaku Self Harm Akibat Medsos

Saat ini, perilaku self harm atau self injuri marak dilakukan oleh anak usia muda.

Saat ini muncul fenomena slef harm di sebagian kalangan anak muda akibat perkembangan media sosial (ilustrasi).
Foto: Unsplash.
Saat ini muncul fenomena slef harm di sebagian kalangan anak muda akibat perkembangan media sosial (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial (medsos) ternyata juga memunculkan perilaku menyimpang, salah satunya keinginan melukai diri sendiri atau self harm. Menurut psikolog Anastasia Satrio, jika dalam pikiran muncul keinginan untuk melukai diri sendiri maka seseorang harus belajar mengenali emosi dalam diri. Dengan begitu, emosi dapat dikelola dengan lebih sehat.

"Ada beragam cara untuk kita bisa menenangkan emosi. Misalnya, dengan ada namanya magic finger. Jadi, kalau kita ngerasa cemas, kita pegang tangan yang misalnya salah satu tangan ini untuk tarik napas 10 menit atau dua menit gitu," kata Anastasia dalam kegiatan Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertema 'Tren Self Harm di Media Sosial' di Jakarta pada Kamis (11/5/2023).

Pengurus Into The Light Indonesia, Yosafat Kevin, menjelaskan, jika perilaku menyakiti diri dipamerkan di medsos maka dapat mengakibatkan efek domino. Hal itu karena ada kecenderungan mengajak orang lain juga mengikuti perilaku self harm. Saat ini, sambung dia, perilaku self harm atau self injury marak dilakukan oleh anak usia muda.

Mereka merasa harus mengikuti tren tertentu karena takut dianggap ketinggalan zaman (fear of missing out). Dia menilai usia remaja menjadi rentan karena mereka mulai masuk fase memiliki emosi yang lebih kompleks. Bahkan, terkadang emosi yang dirasakan juga cepat sekali berubah.

Karena itu, kata Kevin, menggunakan medsos dengan bijak dan mampu mengontrol diri dengan cara mengikuti medsos dengan konten positif harus dilakukan. "Memberikan edukasi kepada orang lain memang harus diawali dari diri kita sendiri. Apakah kita sudah siap secara energi, emosional, dan pengetahuan kita untuk memberikan satu intervensi kepada orang lain. Supaya kita tidak terpengaruh," ujar Kevin.

Tak hanya itu, kata dia, melakukan terapi diri dengan menyaring informasi yang dibaca di medsos juga harus dilakukan. Pasalnya, ketika seseorang menemukan suatu konten yang tidak bertanggung jawab di medsos maka mengatur respon terhadap konten yang dibaca atau ditontong juga harus dilakukan.

Mental health content creator, Irwantja, menganggap perlunya ketahanan diri yang baik pada era medsos yang semakin masif ini. "Belajar tentang batasanku sendiri jadi penting banget sih untuk tahu kapan kita berani untuk bisa atau punya kapasitas untuk merespons ketika ada konten atau mungkin orang lain yang approach kita terkait masalah dia yang mungkin pastinya nggak menyenangkan dan apalagi dalam konteks self-harm," ujar Irwan.

Menurut Irwan, jika dirasa tidak mampu membaca atau merespons konten negatif, sebaiknya dihindari. Salah satunya dengan cara mengenali fungsi pengamanan di akun medsos yang digunakan, dan memahami seberapa rentan kita terhadap konten yang berseliweran di medsos.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement