Sabtu 13 May 2023 06:30 WIB

Laba Foxconn Nyungsep 56 Persen di Kuartal I 2023

Penurunan laba akibat penghapusan aset dari bisnis non-operasional.

Logo Foxconn terlihat pada Hon Hai Tech Day di Pusat Pameran Nangang di Taipei, Taiwan, pada 18 Oktober 2022. Laba raksasa teknologi Taiwan dan pemasok utama Apple, Foxconn, turun 56 persen pada kuartal I 2023.
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Logo Foxconn terlihat pada Hon Hai Tech Day di Pusat Pameran Nangang di Taipei, Taiwan, pada 18 Oktober 2022. Laba raksasa teknologi Taiwan dan pemasok utama Apple, Foxconn, turun 56 persen pada kuartal I 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Laba raksasa teknologi Taiwan dan pemasok utama Apple, Foxconn, turun 56 persen pada kuartal I 2023.

Penurunan itu disebabkan melemahnya permintaan karena penurunan permintaan global. Foxconn yang juga dikenal dengan nama resminya Hon Hai Precision Industry adalah produsen elektronik kontrak terbesar di dunia. Foxconn merakit perangkat untuk banyak merek internasional, terutama produk iPhone Apple.

Baca Juga

 Untuk periode Januari-Maret, laba bersih merosot 56 persen secara tahunan (yoy) menjadi 12,8 miliar dolar Taiwan (417 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,1 triliun). Sementara pendapatan naik empat persen satu tahun menjadi 1,46 triliun dolar Taiwan.

 CEO Foxconn Young Liu menyatakan, penurunan laba akibat penghapusan aset dari bisnis non-operasional yang tidak ditentukan. "Ada pertumbuhan dalam bisnis operasional kami. Kami akan meningkatkan pengelolaan investasi kami," kata Liu tanpa menjelaskan lebih lanjut, dilansir AFP, Kamis (11/5/2023).

Ke depan, Liu mengatakan perusahaan memproyeksi penurunan secara kuartalan dan tahunan di segmen elektronik dan produk lainnya selama tiga bulan hingga Juni, yang secara tradisional memang merupakan low season. "Periode pertumbuhan tinggi yang dipicu pandemi telah berakhir dan kami saat ini sedang dalam periode penyesuaian inventaris," kata Liu.

Namun, Liu juga memuji ekspansi global Foxconn, terutama di India. Pekan ini, perusahaan mengumumkan pembelian tanah besar-besaran senilai 37 juta dolar AS di pinggiran hub teknologi Bengaluru. "Jejak kami (di India) telah melampaui rekan-rekan kami dan skala bisnis kami juga yang terbesar. Perencanaan kapasitas kami akan didasarkan pada permintaan klien untuk terus memperluas tata letak perakitan dan komponen di India," kata Liu.

Foxconn berharap dengan rantai pasokan yang semakin lengkap, daya saing manufaktur India akan muncul secara bertahap. Foxconn saat ini beroperasi di lebih dari dua lusin negara. Perusahaan berusaha untuk mendiversifikasi manufaktur dari China setelah kebijakan Covid yang ketat, serangan kerusuhan industri, dan ketegangan diplomatik yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat mengganggu produksi.

 "Penurunan keuntungan harus dilihat sebagai "kurva investasi" untuk Foxconn karena berusaha memasukkan lebih banyak uang ke sektor-sektor seperti teknologi realitas simulasi dan otomotif," kata Analis Senior di Counterpoint Research, Ivan Lam.

Lam melanjutkan, untuk sisi manufaktur, Foxconn tidak dapat memperoleh keuntungan. Karena mereka perlu menginvestasikan kembali untuk meningkatkan fasilitas. "Juga teknologi guna mendukung produk mutakhir yang sedang dikembangkan oleh klien mereka seperti Apple," kata Lam.

 

 

sumber : AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement