REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) ingin menjadi pusat data untuk Timur Tengah pada 2031. Namun, percepatan menuju transformasi digital memiliki tantangan tersendiri.
Setiap hari, UEA harus mencegah 50 ribu serangan dunia maya, mulai dari ransomware hingga terorisme dunia maya. "Jumlah itu terus meningkat," kata Kepala Keamanan Siber, Pemerintah UEA, Mohamed Al Kuwaiti, dilansir Zawya, Jumat (12/5/2023).
Itulah mengapa UEA meluncurkan inisiatif Cyber Pulse sebagai garis pertahanan pertama melawan serangan semacam itu. Cyber Pulse adalah inisiatif yang diluncurkan oleh pihak berwenang, yang bertujuan untuk mendorong anggota komunitas di UEA untuk berperan dalam upaya keamanan siber.
Inisiatif ini berusaha untuk meningkatkan kesadaran publik tentang aktivitas daring yang mencurigakan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk diambil dari menjadi korban e-Phishing. Inisiatif ini menyediakan kursus pelatihan, lokakarya, dan ceramah tentang keamanan siber. Juga informasi tentang bagaimana anggota komunitas dapat melindungi diri mereka sendiri di dunia digital.
Fase pertama dari inisiatif ini menargetkan wanita dan keluarga. Tahap kedua adalah para siswa.
"Keamanan bukanlah tanggung jawab satu entitas; itu adalah tanggung jawab semua orang hari ini," kata Al Kuwaiti.
Berbicara tentang ancaman harian yang harus dihadapi lanskap digital negara, Al Kuwaiti melanjutkan, UEA menghadapi lebih dari 50 ribu serangan setiap hari. "Kami merespons dengan perlindungan hebat, tanpa serangan. Ambang batas kami sangat tinggi. Namun, serangan setiap hari meningkat karena kami terus beradaptasi dengan teknologi baru," kata Al Kuwaiti.