REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan postur pertahanan di wilayah Teluk menyusul penyitaan terhadap kapal-kapal pelayaran tanker komersial oleh Iran dalam beberapa bulan terakhir, demikian ungkap para pejabat AS, Jumat (12/5/2023).
Iran dianggap mengganggu hak navigasi 15 kapal komersial berbendera internasional. "Departemen Pertahanan akan melakukan serangkaian langkah untuk meningkatkan postur pertahanan kami di Teluk Arab," kata juru bicara Gedung Putih John Kirby.
Kirby menambahkan, dalam beberapa pekan mendatang ada koordinasi dengan sejumlah negara sekutu di Selat Hormuz.
Armada Kelima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain bersama sekutu regional akan meningkatkan patroli kapal dan pesawat terbang di sekitar Selat Hormuz.’’Penyitaan oleh Iran harus dihentikan,’’ ujar Komandan Armada Kelima, Laksamana Madya Brad Cooper.
Seorang juru bicara dari Komando Pusat militer AS yang berbasis di Florida, yang mengawasi pasukan Amerika di Timur Tengah, mengatakan AS sedang mendiskusikan berbagai opsi dengan mitra regional.
"Setiap keputusan tentang postur pasukan akan dibuat setelah berkonsultasi dengan sekutu-sekutu kami dan akan konsisten dengan keinginan bersama untuk memastikan keamanan dan kebebasan navigasi bagi semua negara," ujar juru bicara tersebut.
Langkah-langkah tersebut diambil setelah Iran menyita kapal tanker minyak kedua dalam sepekan di perairan Teluk pada awal bulan ini. Departemen Luar Negeri AS menyerukan pembebasan kapal tersebut.
Angkatan Laut AS mengatakan pada 3 Mei lalu, kapal tanker minyak berbendera Panama, Niovi, ditangkap Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran ketika melewati Selat Hormuz. Kejadian sama dialami tanker minyak berbendera Kepulauan Marshall di Teluk Oman.
Sekitar seperlima dari minyak mentah dan produk minyak dunia melewati Selat Hormuz. Kawasan ini merupakan sebuah titik persimpangan antara Iran dan Oman, menurut data dari perusahaan analisis Vortexa.