REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi Dakwah Digital UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Fanshoby menilai, bergabungnya Ustadz Hanan Attaki ke Nahdlatul Ulama (NU) kemungkinan besar akan membuat para pengikutnya di media sosial setidaknya bersimpatik pada ormas tersebut.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan, followers Ustadz Hanan Attaki terinspirasi untuk bergabung ke NU. Ini karena selain dikenal sebagai ustadz, Hanan Attaki juga merupakan influencer media sosial.
"Kemungkinan pengikutnya akan terinspirasi bergabung atau minimal menjadi simpatisan ormas tersebut," kata Dosen Etika dan Filsafat Komunikasi pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta itu, kepada Republika.co.id, Sabtu (13/5/2023).
Fanshoby menjelaskan, identitas Hanan Attaki sebagai ustadz sekaligus content creator yang terbukti berhasil memengaruhi orang banyak, memungkinkan para followers-nya semakin simpatik atau bahkan ikut bergabung dengan NU.
"Apalagi (jika) dalam aktivitasnya Hanan me-mention kegiatan ormas tersebut. Jika Hanan selalu mengaitkan konten-konten yang dia buat dengan ormasnya, sangat mungkin followers-nya semakin simpatik," tuturnya.
Para pengikut Hanan Attaki di media sosial, terang Fanshoby, akan lebih terpengaruh jika ia membuat konten tentang NU. Konten ini meliputi nilai-nilai yang terkandung dalam NU, keyakinan dan prinsip yang dimiliki NU. "Yang mungkin saja berbeda dengan ormas Islam yang lain," ungkapnya.
Agar dakwahnya semakin diterima masyarakat luas, menurut Fanshoby, Hanan Attaki setelah bergabung ke NU perlu memisahkan antara aktivitas ormas dan dakwah. Gaya dan konten dakwah Hanan tidak harus berubah saat sebelum masuk dan setelah masuk ormas. "Karena ini kaitannya dengan branding dia sebagai ustadz atau pendakwah, bukan anggota ormas," ujarnya.
Fanshoby berpandangan, model dakwah digital lebih relevan ketimbang dakwah konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah satu arah. Di media digital, pendakwah langsung dapat menerima feedback dari jamaah bila dakwahnya menarik atau sebaliknya.
Dengan demikian, lanjut Fanshoby, dakwah digital memungkinkan pendakwah dapat mengevalusi metodenya bila terdapat kesalahan atau kekurangan. Ini tentu sangat sulit dilakukan jika menggunakan dakwah konvensional.
"Namun pada dasarnya, dakwah digital dan konvensional tidak memiliki perbedaan signifikan. Letak perbedaannya hanya pada media yang memfasilitasi dakwahnya dan bagaimana media itu bekerja," katanya.
Dia juga menyampaikan, pengaruh konten dakwah di media digital bagi generasi muda sangat signifikan. Bahkan generasi muda di perkotaan dengan akses internet lebih bagus mendapatkan exposure dakwah digital lebih banyak ketimbang generasi muda di pelosok.
"Generasi muda perkotaan lebih percaya dengan ustadz media sosial daripada ustadz konvensional. Bahkan mungkin saja mereka mengonfrontasikan apa yang disampaikan oleh ustadz konvensional dengan ustadz media sosial," jelasnya.