REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insiden ransomware terus meningkat selama beberapa tahun terakhir di dunia. Metode serangan siber ini dianggap menjadi pilihan bagi para penjahat siber.
Laman verizon melaporkan melalui security boulevard, dikutip Sabtu (13/5/2023), dari sekian banyak laporan terhadap serangan siber, seperempat di antaranya merupakan ransomware. Sementara dalam laporan 'State of Ransomware 2022', serangan ransomware memengaruhi 66 persen organisasi di 2021, dan 80 persen pada 2020.
Ternyata, ada lima serangan ransomware yang dinyatakan paling besar terjadi di dunia. Serangan ini menunjukkan betapa merusaknya ransomware bagi sebuah perusahaan.
1.WannaCry
Serangan ransomware ini diberi nama 'WannaCry' karena begitu hebatnya menyerang Microsoft. Ransomware yang menyusup ke sistem melalui eksploit Microsoft Windows membuatnya harus ditutup.
WannaCry membuat ribuan tim keamanan siber di seluruh dunia 'menangis' karena menyerang kurang lebih 200.000 komputer di 150 negara. WannaCry mencapai target besar dan kecil melalui bisnis skala menengah hingga institusi besar, seperti National Health Service dan FedEx.
2. NotPetya
NotPetya menjadi berita utama terkait serangan siber di dunia. Namun, bukan karena jangkauannya yang masif tetapi karena berada di pusat konflik Ukraina dan Rusia.
Serangan NotPetya pertama kali ditemukan di Ukraina, yakni melalui perangkat lunak akutansi populer. Ukraina menuding Rusia sebagai dalang serangan, tetapi dibantah.
NotPetya menyebabkan kerugian sekitar 10 miliar dolar AS secara global karena berdampak pada perusahaan Merck, Maersk, hingga FedEx. Diketahui, motif utama serangan karena ingin mengganggu infrastruktur Ukraina.