REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mengutuk agresi Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung hampir sepanjang pekan ini. Indonesia menegaskan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.
“Indonesia mengutuk berlanjutnya agresi Israel ke Gaza, termasuk serangan pada 9-10 Mei, yang menimbulkan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Tindakan agresi tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional yang dapat meningkatkan eskalasi kekerasan dan kawasan,” tulis Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di akun Twitter resminya, Sabtu (13/5/2023).
Indonesia mengungkapkan, terus berulangnya agresi dan pelanggaran oleh Israel merupakan akibat tidak adanya tindakan dari dunia internasional dalam menyelesaikan isu Palestina. “Indonesia terus berkomitmen untuk memperjuangkan rakyat Palestina untuk merdeka dan hidup damai sesuai kerangka solusi dua negara,” kata Kemenlu.
Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila mengutuk serangan rudal Israel ke dekat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza pada Jumat (12/5/2023) malam. Dia mengatakan serangan itu membahayakan nyawa para pasien dan staf medis. Beberapa bagian rumah sakit rusak akibat serangan tersebut.
Pertempuran terbaru di Jalur Gaza melibatkan Israel dan kelompok perlawanan Palestina, yakni Jihad Islam. Konfrontasi dimulai pada Selasa (9/5/2023) dini hari lalu ketika Israel melancarkan serangan udara yang membidik sejumlah fasilitas Jihad Islam. Serangan tersebut kemudian dibalas Jihad Islam dengan meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel.
Berondongan roket itu harus dihalau Israel dengan menggunakan sistem pertahanan udara Iron Dome. Israel pun dilaporkan mengerahkan sistem pertahanan pencegat rudal David’s Sling untuk pertama kalinya. David’s Sling didesain untuk menembak jatuh roket yang ditembakkan dalam radius 100 hingga 200 kilometer.
Pertempuran Israel dan Jihad Islam terus berlanjut hingga Jumat malam lalu. Sejak konfrontasi pecah pada Selasa lalu, jumlah korban tewas di Jalur Gaza dilaporkan telah mencapai 33 orang, termasuk enam anak-anak dan tiga wanita. Di antara para korban tewas terdapat tiga komandan senior Jihad Islam. Sementara korban luka mencapai sekitar 150 orang.