REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas berendam di air super dingin tengah marak akhir-akhir ini. Kabarnya, terapi ini memberikan manfaat baik untuk kesehatan mental dan fisik orang yang melakukannya. Namun baru-baru ini, para ahli mengatakan hal itu justru bisa berbahaya.
Terapi air dingin bisa berupa berenang di luar ruangan (danau, sungai, atau lautan), mandi air dingin, atau bahkan mandi es. Terapi ini telah digunakan untuk beberapa waktu oleh olahragawan sebagai cara untuk mengurangi nyeri otot dan mempercepat waktu pemulihan. Mereka biasanya menghabiskan sekitar 10 menit setelah berolahraga untuk berendam di dalam air dingin suhu 10 hingga 15 derajat Celsius.
Air dingin juga telah digunakan untuk membantu mengobati gejala depresi, nyeri, dan migrain. Memang, ada banyak kisah tentang bagaimana terapi air dingin telah mengubah hidup, menyembuhkan patah hati, dan membantu orang di masa-masa sulit.
Banyak penelitian telah menunjukkan manfaat terkait mandi es dan pemulihan pascaolahraga, penelitian dari 2014 menemukan mungkin ada efek plasebo yang terjadi di sini. Memang, penelitian tentang potensi manfaat terapi air dingin masih dalam tahap awal, tetapi yang jelas, berendam di air dingin berpotensi menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh manusia.
Dengan aktivitas apa pun yang ditujukan untuk efek terapeutik, persyaratan minimumnya adalah tidak membahayakan. Tapi para ahli tidak bisa mengatakan itu tentang air dingin karena mengandung banyak risiko.
Saat ini, sains yang sepenuhnya mendukung air dingin sebagai terapi belum tersedia. Jaid, belum diketahui apakah ada durasi atau suhu tertentu yang memberikan manfaat paling baik.
Salah satu masalah yang jarang diketahui terkait dengan perendaman air dingin adalah apa yang dikenal sebagai cedera dingin yang tidak membeku. Saat terkena dingin, normal jika tangan dan kaki terasa sangat dingin atau mati rasa dan mungkin kesemutan atau nyeri saat dihangatkan kembali.
Bagi kebanyakan orang, gejala ini bersifat sementara, dengan sensasi normal kembali dalam beberapa menit. Tetapi bagi mereka dengan luka dingin yang tidak membeku, gejala ini (nyeri, sensasi yang berubah, dan sensitivitas dingin) dapat bertahan di daerah yang terkena selama bertahun-tahun karena kerusakan saraf dan pembuluh darah.