REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Surat kabar Jepang, Yomiuri melaporkan kelompok negara industri, Group of Seven (G7) sepakat untuk membentuk program baru untuk mendistribusikan vaksin untuk negara-negara berkembali. Program ini akan dibahas dalam pertemuan pekan depan.
Pada Sabtu (13/5/2023) Yomiuri yang mengutip sumber dari pemerintah Jepang menambahkan selain G7 program ini juga akan libatkan negara-negara G20, India dan organisasi-organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia.
Selama pandemi Covid-19 fasilitas COVAX yang didukung WHO dan Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) menyebarkan hampir 2 miliar dosis vaksin virus korona ke 146 negara. Tapi COVAX gagal memastikan dosis distribusikan dengan adil.
Sebab negara-negara memprioritaskan vaksin untuk warganya sendiri sementara kurangnya gudang penyimpanan di negara-negara miskin menyebabkan pasokan tertunda. Sehingga jutaan vaksin terbuang karena masa berlakunya habis.
Jepang yang merupakan tuan rumah pertemuan G7 tahun ini ingin membangun dukungan ke negara-negara berkembang di berbagai bidang. Seperti, rantai pasokan, ketahanan pangan dan perubahan iklim untuk menahan pengaruh Cina dan Rusia.
Pada Sabtu kemarin menteri-menteri keuangan G7 sepakat untuk menawarkan bantuan ke negara-negara pendapat rendah dan menengah untuk mendorong peran mereka di rantai pasokan produk-produk yang berkaitan dengan energi.
Di pertemuan itu menteri kesehatan dan keuangan G7 mendorong kerangka kerja pendanaan global yang untuk "mengerahkan dana yang dibutuhkan cepat dan efisien dalam merespon wabah tanpa harus mengumpulkan uang tunai."
Dalam pernyataannya para menteri keuangan dan kesehatan mengatakan G7 akan berkolaborasi dengan WHO dan Bank Dunia untuk mengeksplorasi skema pendanaan baru sebelum pertemuan menteri keuangan dan kesehatan G20 di India. Bank Dunia mengelola pendanaan pandemi internasional.