REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada dalam tekanan. Dalam perdagangan sepekan terakhir, IHSG mengalami koreksi yang sangat tajam sebesar 1,17 persen.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan pergerakan IHSG yang terkontraksi tersebut mayoritas dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Salah satunya yaitu terkait laju inflasi di Amerika Serikat (AS).
Inflasi tahunan AS pada April 2023 hanya mengalami sedikit penurunan di level 4,9 persen yoy dari bulan sebelumnya yang sebesar lima persen yoy. Angka inflasi yang turun tidak terlalu signifikan tecermin dari data tenaga kerja AS pada periode April 2023.
Non farm payroll kembali meningkat sebesar 253 ribu, naik dari bulan sebelumnya sebesar 165 ribu. Adapun unemployment rate juga masih solid di level 3,4 persen, lebih rendah dari posisi Maret sebesar 3,5 persen.
"Angka inflasi yang cenderung masih tinggi berpotensi memberikan sinyal kenaikan suku bunga yang belum berakhir oleh The Fed," kata Ratih, Sabtu (13/5/2023).
Sementara itu, negara mitra dagang terbesar Indonesia lainnya, yaitu China belum terlihat pulih sepenuhnya. Pasalnya angka inflasi kembali tumbuh lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya.
Inflasi tahunan China pada April 2023 di level 0,1 persen yoy, sedangkan pada bulan sebelumnya sebesar 0,7 persen yoy, sekaligus masih di bawah target Bank Sentral China (PBoC) sebesar tiga persen. Performa tersebut menggambarkan konsumsi domestik masih lemah, sehingga perlu dilakukan kebijakan sebagai booster perekonomian China.
"Rilis data ekonomi global menandakan momentum pelemahan ekonomi. Hal tersebut dapat mempengaruhi sektor industri barang baku dan energi," terang Ratih.
Permintaan global yang turun akan menurunkan permintaan komoditas, sehingga harganya ikut melandai. Kondisi ini juga tercermin dalam performa indeks sektoral, yaitu sektor barang baku dan energi masing masing terkoreksi 3,85 persen dan 1,82 persen secara mingguan.
Berlawan dengan kondisi ekonomi global, perekonomian domestik memperlihatkan momentum yang positif, dimana kokohnya konsumsi domestik menjadi penopang ditengah ekspor yang cenderung melandai. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April 2023 tercatat di level 126,1 poin, lebih tinggi dari IKK pada bulan sebelumnya sebesar 123,3 poin.
Tingginya optimisme konsumen sejalan dengan inflasi yang terkendali. Pada April 2023, inflasi tahunan berada di level 4,33 persen yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,97 persen yoy.
Secara historis, IKK cenderung menguat saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri. Kondisi tersebut membawa katalis positif untuk indeks sektor non primer, dimana dalam sepekan terapresiasi 3,73 persen.
Menurut Ratih, katalis pergerakan IHSG minggu depan yaitu rilis data neraca perdagangan Indonesia yang diproyeksikan melambat seiring dengan turunnya permintaan ekspor. Selain itu, secara global rilis inflasi di kawasan eropa menggambarkan arah kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan momentum pertumbuhan ekonomi di negara maju.
"Pergerakan IHSG pekan depan diproyeksikan bergerak mixed dengan support 6.680 dan resistance 6.825," ujar Ratih.
Ratih pun merekomendasikan rencana perdagangan menggunakan analisis teknikal untuk transaksi Senin (15/5/2023).
(Buy) BBTN di area Rp1.325 dengan target harga pada resistance di level Rp 1.400 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 1.255.
(Buy) MYOR di area Rp 2.810 dengan target harga pada resistance di level Rp 2.950 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 2.700.
(Buy) ERAA di area Rp 496 dengan target harga pada resistance di level Rp 540 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 470.