Senin 15 May 2023 05:15 WIB

Jungkir Balikkan Lembaga Survei, Erdogan Sementara Unggul 49 Persen di Pemilu Turki

Erdogan hari terakhir kampanye kunjungi Hagia Sophia, Kilicdaroglu ke makam Atatürk.

 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilu Turki 2023 sudah berlangsung pada Ahad (14/5/2023). Hingga kini, penghitungan sementara menunjukkan kandidat pejawat (incumbent) Recep Tayyip Erdogan masih unggul. Hanya saja, suaranya sudah di bawah 50 persen.

Middle East Eye pada Senin (15/5/2023) dini hari WIB, melaporkan, raihan suara Erdogan kini sudah di bawah 50 persen yang berarti kemungkinan Pemilu Turki bisa berlangsung dua putaran. Erdogan yang disebut mengalahkan suara yang dikumpulkan Kemal Kilicdaroglu dan Sinan Ogan.

Baca Juga

Middle East Eye melaporkan merujuk hasil jumlah kotak suara yang dibuka versi Anka yang memiliki afiliasi dengan oposisi, Erdogan meraih 49,02 persen, Kemal Kilicdaroglu 45,2 persen, dan Sinan Ogan 5,3 persen.

Adapun merujuk kantor berita Turki, Anadolu Agency, kotak suara yang sudah dibuka mencapai 89,2 persen. Hasilnya, Erdogan mengumpulkan 49,94 persen, Kilicdaroglu 44,3 persen, dan Ogan 5,3 persen.

Bagaimanapun hasil sementara itu menjungkirbalikkan beberapa lembaga survei yang dihelat sebelum pencoblosan. Rata-rata lembaga survei menempatkan Kilicdaroglu mengungguli Erdogan.

Sebelumnya, pada hari terakhir kampanye kedua kandidat, yaitu Erdogan dan Kilicdaroglu sama-sama mengunjungi lokasi bersejarah.

Jika Erdogan mendatangi Hagia Sophia yang ditaklukkan Sultan Muhammad al-Fatih pada 1451 sebagai penanda kejayaan Ottoman maka Kilicdaroglu mengunjungi Anitkabir, yang merupakan kompleks pemakaman Mustafa Kemal Atatürk, yang disebut pendiri Turki modern dan peletak sekulerisme.

Erdogan Tuding Amerika dan Oposisi Ingin Gulingkannya

Erdogan menuduh oposisi bekerja sama dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menjatuhkannya dalam pemilihan umum paling menantang selama 20 tahun ia berkuasa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement