REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Islam mengajarkan agar memuliakan tamu dengan cara menjamunya dengan baik bahkan dianjurkan ketika ada tamu, agar menyuguhkan hidangan terbaik bagi tamu.
Sebab terdapat rahasia dan keutamaan dari datangnya tamu. Salah satu di antaranya adalah membukakan rezeki bagi tuan rumah serta merontokkan dosa-dosa tuan rumah.
Sebab itu, memuliakan tamu merupakan salah satu amal yang dapat mendatangkan rezeki dan menghapus dosa. Sebagaimana wasiat Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib yang terdapat dalam kitab Washiyat al-Musthafa karangan Imam Asy-Syarani:
يَا عَلِيُّ، اُطْلُبُ الْخَيْرَ عِنْدَ صَبَاحِ الْوُجُوْهِ وَأَكْرِمِ الضَّيْفَ فَإِنَّهُ إِذَا نَزَللَ بِقَوْمٍ نَزَلَ مَعَهُ رِزْقُهُ وَإِذَا ارْتَحَلَ اِرْتَحَلَ بِذُنُوْبِ أَهْلِ الْمَنْزِلِ فَيُلْقِيْهَا فِي الْبَحْرِ
“Wahai Ali, carilah olehmu kebaikan (bantuan, pertolongan) pada orang yang cerah wajahnya, dan muliakanlah tamu. Sesungguhnya ketika singgah tamu di suatu kaum, maka singgah pula bersama kaum itu rezeki. Dan ketika pergi tamu, maka ia pergi dengan membawa dosa-dosa penghuni rumah yang ditinggalkan, maka membuang Allah pada dosa-dosa itu ke lautan.
Lalu bagaimana adab menerima tamu? Syekh Muhammad bin Ahmad bin Salim as-Safarini dalam kitab Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-Adab menjelaskan:
مِنْ آدَابِ الْمُضِيفِ أَنْ يَخْدُمَ أَضْيَافَهُ وَيُظْهِرَ لَهُمْ الْغِنَى، وَالْبَسْطَ بِوَجْهِههِ، فَقَدْ قِيلَ: الْبَشَاشَةُ خَيْرٌ مِنْ الْقِرَى -وَمِنْ آدَابِ الْمُضِيفِ أَيْضًا أَنْ يُحَدِّثَهُمْ بِمَا تَمِيلُ إلَيْهِ أَنْفُسُهُمْ، وَلَا يَنَامَ قَبْلَهُمْ، وَلَا يَشْكُوَ الزَّمَانَ بِحُضُورِهِمْ، وَييَبَشُّ عِنْدَ قُدُومِهِمْ، وَيَتَأَلَّمُ عِنْدَ وَدَاعِهِمْ، وَأَنْ لَا يَتَحَدَّثَ بِمَا يُرَوِّعُهُمْ بِهِ، بَبَلْ لَا يَغْضَبُ عَلَى أَحَدٍ بِحَضْرَتِهِمْ لِيُدْخِلَ السُّرُورَ عَلَى قُلُوبِهِمْ بِكُلِّ مَا أَمْكَنَ . وَعَلَيْهِ أَيْضًا أَنْ يَأْمُرَ بِحِفْظِ نِعَالِ أَضْيَافِهِ، وَيَتَفَقَّدَ غِلْمَانَهُمْ بِمَا يَكْفِيهِمْ، وَأَنْ لَا يَنْتَظِرَ مَنْ يَحْضُرُ مِنْ عَشِيرَتِهِ إذَا قَدَّمَ الطَّعَامَ إلَى أَضْيَافِهِ
“Sebagian adab penerima tamu (kepada tamunya) adalah melayani para tamu (dengan menyediakan jamuan), menampakkan kondisi serba cukup, dan menunjukkan wajah gembira ada pepatah mengatakan, ‘Menunjukkan wajah riang gembira lebih baik dari memberi suguhan (tanpa disertai wajah yang gembira)’. Adab penerima tamu yang lain adalah mengajak ngobrol para tamu dengan hal-hal yang disukai mereka, tidak tidur terlebih dahulu sebelum mereka pergi atau beristirahat, tidak mengeluh tentang waktu dengan kehadiran mereka, menampakkan wajah berseri-seri ketika para tamu datang, merasa sedih saat mereka pergi, tidak bercakap tentang sesuatu yang membaut mereka takut, tidak marah kepada siapa pun selama mereka bertamu agar sebisa mungkin tetap tertanam suasana bahagia di hati mereka. Bagi penerima tamu, hendaknya memerintahkan kepada para tamu agar menjaga sandal mereka, memberi sesuatu (oleh-oleh) kepada anak-anak kecil dari para tamu, dan tidak menunggu orang yang akan datang ketika ia masih menyuguhi jamuan kepada para tamunya."