Senin 15 May 2023 09:33 WIB

IHSG Dibuka Naik saat Wall Street Terkoreksi

IHSG menguat ke level 6.728,42 setelah terkoreksi signifikan saat ditutup pekan lalu.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pekerja membersihkan lantai di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Usai cuti bersama Lebaran 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (26/4) dibuka menguat 60 poin (0,88 persen) ke 6.877.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pekerja membersihkan lantai di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Usai cuti bersama Lebaran 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (26/4) dibuka menguat 60 poin (0,88 persen) ke 6.877.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (15/5/2023). IHSG menguat ke level 6.728,42 setelah terkoreksi signifikan saat ditutup pada akhir pekan lalu.

Penguatan IHSG terjadi di tengah melemahnya indeks saham utama Wall Street semalam. S&P dan DJIA melanjutkan trend penurunan menjadi lima hari beruntun, terpanjang dalam dua bulan terakhir.

Baca Juga

Meski demikian, IHSG disebut masih berpeluang koreksi pada hari ini. "IHSG berpotensi Bearish dengan support di level 6.600 dan resistance di level 6.870," kata Phillip Sekuritas Indonesia, Senin (15/5/2023).

Wall Street semalam melemah karena Indeks tertekan oleh pelemahan harga saham-saham berkapitalisasi raksasa. Investor mencoba menimbang dampak dari krisis plafon utang (Debt Ceiling) dan peluang terjadinya resesi ekonomi.

Sepanjang minggu lalu, DJIA terpangkas 1,11 persen, sementara S&P 500 menyusut 0,29 persen dan NASDAQ naik tipis 0,4 persen. Bagi DJIA dan S&P 500 ini adalah penurunan selama dua minggu beruntun.

Di pasar obligasi, yield US Treasury Note bertenor 10 tahun naik 6,4 bps menjadi 3,46 persen. Sedangkan yield US Treasury Note bertenor dua tahun menjadi 3,99 persen.

"Investor berusaha meramal prospek ekonomi AS setelah sejumlah data inflasi (khususnya CPI dan PPI) minggu lalu keluar lebih rendah dari ekspektasi," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Rilis data ekonomi AS pada Jumat lalu memperlihatkan kenaikan suku bunga acuan secara agresif mulai mencederai pertumbuhan ekonomi. Kebuntuan politik atas plafon utang Pemerintah AS juga menambah kekhawatiran mengenai prospek ekonomi.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah merosot lebih dari satu persen pada Jumat lalu, memperpanjang penurunan menjadi tiga minggu beruntun. Pelaku pasar mencari titik keseimbangan antara ketakutan atas jumlah pasokan minyak global dan munculnya kembali kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi di AS dan China.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement