REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Netflix dilaporkan berencana memangkas pengeluaran hingga 300 juta dolar AS (setara Rp 4,4 triliun) di 2023. Rencana pemangkasan tersebut disebut terjadi karena penundaan program mereka untuk menindak pengguna yang kerap berbagi kata sandi, baik di AS maupun negara lainnya.
Seharusnya program tersebut terjadi pada Q1 hingga Q2 2023, namun hal itu diundur dan baru akan diterapkan pada semester II seperti dilaporkan oleh Techcrunch.
Netflix meminta para pegawainya di awal Mei 2023 ini untuk dapat bijaksana dengan pengeluaran mereka termasuk dalam kegiatan perusahaan melakukan perekrutan. Meski menjaga anggaran tidak membengkak, Netlfix menjanjikan tidak akan ada pembekuan perekrutan atau PHK tambahan.
Adapun angka 300 juta dolar AS tersebut merupakan sebagian kecil dari keseluruhan pengeluaran perusahaan karena tahun lalu saja perusahaan itu menggunakan biaya operasional sebesar 26 miliar AS.
Program penanganan akun yang kerap berbagi kata sandi Netflix menjadi salah satu langkah untuk perusahaan layanan streaming video tersebut agar meningkatkan jumlah berlangganan. Para pengguna di Kanada, Selandia Baru, Portugal, dan Spanyol menjadi yang pertama diwajibkan untuk menetapkan lokasi utama untuk akun mereka.
Jika seseorang yang tidak tinggal dengan mereka menggunakan akun mereka, Netflix memperingatkan mereka untuk "membeli anggota tambahan". Netflix mengizinkan hingga dua anggota tambahan per akun dengan biaya, yang bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Selain penindakan akun yang berbagi kata sandi, Netflix juga meluncurkan paket layanan berbayar yang lebih murah namun disertai dengan iklan pada November 2022.
Biayanya sebesar 6,99 dolar AS (sekitar Rp103 ribu) yang menjadi pilihan harga termurah dari paket-paket layanan lainnya.
Dengan paket ini, Netflix bersaing dengan layanan streaming utama lainnya yang menawarkan opsi yang didukung iklan, termasuk Disney+, Hulu, HBO Max, Paramount+, dan Peacock.