REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kembali terpangkas pada hari ini, Selasa (16/5/2023). Pada perdagangan sesi pertama, saham bank syariah terbesar nasional ini tersungkur ke zona merah di level 1.600.
Koreksi saham BRIS terjadi sejak kemarin dengan penurunan mencapai 4,97 persen. Kejatuhan saham BRIS semakin dalam setelah munculnya kabar mengenai kebocoran data nasabah BSI.
LockBit yang mengaku menyerang sistem IT BSI menyebarkan data nasabah yang sudah dienkripsi di Dark Web melalui unggahan di Twitter. Saham bersandi BRIS itu pun langsung terkoreksi 6,98 persen dan menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).
Kabar mengenai kebocoran data ini pun disebut nasabah menjadi sentimen negatif bagi pergerakan saham BRIS. Penurunan saham BRIS berkaitan dengan kekhawatiran investor terhadap kemampuan BSI menghadapi serangan siber ini.
"Ini tentu menjadi perhatian karena berbicara perbankan berbicara kepercayaan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, kepada Republika, Selasa (16/5/2023).
Dengan kejadian ini, menurut Nico, investor dapat menilai sejauh mana BSI mampu memitigasi risiko dan menjaga data-data nasabahnya. Kabar yang beredar di pasar dapat membuat situasi dan kondisi semakin pelik.
Hal ini ditambah belum ada konfirmasi yang jelas dari BSI terkait kebenaran berita kebocoran data tersebut. Nico mengatakan BSI sebaiknya dapat memberikan keterangan dan penjelasan agar pelaku pasar dan investor tetap tenang.
Sebab dari segi kinerja, menurut Nico, BSI memiliki performa yang cukup solid. Pada kuartal pertama tahun ini, BSI mampu meraih laba bersih Rp 1,46 triliun, meningkat 47,6 persen dibanding kuartal I 2022.
"Sejauh ini kami belum menemukan sentimen pada sisi fundametal," ujar Nico.