Selasa 16 May 2023 16:20 WIB

Seusai Temui JK, AHY Minta Jangan Ada Capres yang Dihalangi

Selama satu jam AHY dan JK membahas isu-isu rakyat dan kebangsaan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Muhammad Jusuf Kalla atau JK usai menerima silaturahim Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di kediamannya, Jakarta, Senin (15/5/2023) malam.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Muhammad Jusuf Kalla atau JK usai menerima silaturahim Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di kediamannya, Jakarta, Senin (15/5/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bersilaturahmi ke kediaman Jusuf Kalla, Senin (15/5) malam. Pertemuan ini dilakukan dalam rangka halal bihalal yang bertepatan HUT ke-81 JK.

AHY mengaku ingin mendapatkan pandangan-pandangan JK sebagai salah satu tokoh bangsa. Seorang negarawan yang pernah menjadi wakil presiden RI dua kali, bersama Presiden SBY dan turut mendampingi Presiden Jokowi.

Sebagai politisi muda, AHY mengaku perlu mendengar pandangan-pandangan JK, termasuk berdiskusi tentang berbagai isu. Selama satu jam AHY dan JK membahas isu-isu rakyat dan kebangsaan yang menjadi tantangan hari ini.

Setelah menerima banyak masukan dari JK, AHY menyampaikan, akan terus konsisten menyuarakan, memperjuangkan gerakan perubahan dan perbaikan. AHY menilai, masukan-masukan JK menambah semangat perjuangan ke depan.

Selain itu, AHY mengungkapkan, mereka membahas tentang isu-isu ekonomi dan isu-isu kesejahteraan karena JK merupakan ekonom. Termasuk, tentang banyaknya masyarakat yang mengalami kesulitan karena daya beli menurun.

"Dan, ekonomi kita mengalami kesulitan, menghadapi tantangan-tantangan, utang yang besar yang harus dibayar oleh kita semua dan tentunya menjadi PR bagi pemimpin dan pemerintahan selanjutnya," kata AHY, Selasa (16/5/2023).

Masalah demokrasi turut menjadi bahasan antara AHY dan JK. AHY menilai, seharusnya demokrasi di Indonesia dijaga dan dirawat. Sebab, ada sejumlah indikator yang menunjukkan kita mengalami kemunduran demokrasi.

AHY mengaku sepakat, sepatutnya menghadapi Pemilu 2024 ke depan dibuka ruang bagi setiap individu dan setiap warga negara yang sama dan adil. Sebab, setiap warga negara punya hak, baik untuk memilih maupun dipilih.

Maka itu, baik pribadi maupun atas nama Partai Demokrat, AHY meminta pemimpin dan pemangku amanah benar-benar membuka ruang itu. Ia merasa, itu mengusik keadilan dan tidak sehat bagi kehidupan demokrasi bangsa.

"Jangan sampai seolah-olah ada yang diberikan dukungan, diberikan support langsung maupun tidak langsung, tapi ada yang dihalang-halangi atau tidak diharapkan untuk bisa maju, tidak bisa membangun koalisi," ujar AHY.

AHY berpendapat, siapa pun nanti yang terpilih, itu merupakan keinginan atau kehendak dari masyarakat. Sebab, baik demokrasi maupun pemilihan umum dihadirkan demi melahirkan pemimpin yang jadi keinginan rakyat.

Jadi, AHY menegaskan, mereka bukan sekadar keinginan sekelompok orang maupun sekelompok elit. AHY berharap, pemimpin-pemimpin yang lahir nanti bukan cuma kekuatan politik tertentu atau kekuatan logistik tertentu.

"Kita ingin para pemimpin yang hadir, termasuk wakil rakyat, adalah mereka yang benar-benar diharapkan oleh rakyat," kata AHY. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement