REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh menghadapi pemadaman listrik terburuk dalam tujuh bulan terakhir karena badai. Bencana Topan Mocha memaksa kedua terminal gas alam cair (LNG) terapung Bangladesh ditutup.
Pemadaman listrik terjadi kurang dari sebulan setelah gelombang panas menyebabkan pemadaman yang meluas di Bangladesh. Jutaan warga Bangladesh sering mengalami pemadaman listrik dalam beberapa bulan terakhir, karena pola cuaca yang tidak menentu. Selain itu, harga energi global yang tinggi membuat pasokan bahan bakar ke pembangkit listrik tidak dapat diandalkan.
Gas alam menyumbang lebih dari setengah produksi listrik tahunan Bangladesh. Sektor energi Bangladesh semakin rentan terhadap guncangan kenaikan harga dan pasokan. Cadangan gas domestik Bangladesh telah menyusut dengan cepat selama beberapa tahun terakhir.
Pasokan listrik di Bangladesh mengalami kekurangan sekitar 17 persen pada Senin (15/5/2023). Sementara defisit mencapai lebih dari 14 persen pada Ahad (14/5/2023). Kekurangan pasokan terburuk terlihat setelah tengah malam.
Terminal Summit LNG Bangladesh, yang kembali beroperasi pada Senin malam, akan meningkatkan pasokan sebesar dua pertiga menjadi 500 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) pada Selasa (16/5/2023). Sementara unit LNG terapung Bangladesh lainnya, yaitu terminal LNG Moheshkhali akan melanjutkan operasi dalam beberapa hari ke depan.
Dimulainya kembali pasokan dari terminal diharapkan memberikan kelonggaran dari pemadaman listrik, sebelum suhu mulai melonjak pada paruh kedua puncak musim panas bulan Mei, yang berpotensi semakin membebani jaringan. Terminal LNG Moheshkhali dibangun oleh Excelerate Energy, sedangkan proyek Summit dibangun oleh Summit Group. Kedua terminal dioperasikan bersama dengan Petrobangla.
Tiga kapal yang diimpor oleh Petrobangla dijadwalkan tiba pekan ini. Namun kedatangan kapal telah tertunda karena cuaca buruk. Kapal pertama akan tiba pada 18 Mei, mundur dari jadwal sebelumnya yaitu pada 13 Mei. Sementara dua kapal lainnya yang seharusnya pada 16 Mei, mundur menjadi 20 Mei.
Data dari perusahaan analitik Kpler menunjukkan, dua kargo dijadwalkan tiba minggu ini di pelabuhan Chittagong sebagai bagian dari kontrak jangka panjang Petrobangla dengan Qatargas. Sementara kargo spot lainnya terletak di lepas pantai Bangladesh.