REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Media sosial merupakan salah satu sumber hiburan dan sarana bersosialisasi yang populer bagi banyak remaja di era digital. Namun penggunaan media sosial yang berlebih bisa membuat remaja terjerumus ke dalam "kecanduan".
Kecanduan media sosial bisa memicu terjadinya beberapa perubahan perilaku pada remaja. Salah satu perubahan paling awal yang kerap muncul adalah remaja menjadi lebih suka menyimpan rahasia.
Remaja mungkin akan mengurung diri di dalam kamar sepanjang waktu. Bila orang tua meminta mereka untuk membuka pintu kamar, mereka bisa menunjukkan amarah atau perilaku yang tak pantas kepada orang tua.
Selain menunjukkan perilaku lebih mudah marah, remaja yang kecanduan media sosial mungkin akan mengalami penurunan performa di sekolah. Mereka juga cenderung memiliki keinginan tak terbendung untuk selalu mengakses media sosial.
Psikiatri dari Manipal Hospitals, dr Pallavi Joshi mengatakan ada beragam hal yang dapat membuat anak atau remaja menjadi sangat ketergantungan pada media sosial. Salah satunya, remaja merasa media sosial dapat membantu mengalihkan pikiran mereka dari hal-hal yang mengganggu.
Remaja juga bisa memperoleh rasa senang dari media sosial ketika mereka mendapatkan suatu pencapaian. Beberapa pencapaian tersebut bisa berupa like, view, atau penambahan jumlah pengikut.
Media sosial juga dapat menjadi tempat pelarian bagi remaja ketika mereka merasa gagal dalam hidup. Rasa gagal ini bisa mendorong remaja untuk mencari pengakuan melalui media sosial. "Untuk menurunkan rasa (gagal) itu," jelas Dr Joshi, seperti dilansir Indian Express.
Alasan lainnya, remaja mungkin merasa tidak dapat bercerita terbuka dengan orang tua. Mereka mungkin tak merasakan adanya ikatan emosional dengan orang tua. Kondisi ini bisa mendorong anak untuk "lari" ke media sosial.
"Ketika orang tua mulai secara konstan bertanya mengenai diri mereka, mereka akan menganggap itu sebagai penyerangan terhadap privasi. Ini memicu perilaku agresif," ujar dr Joshi.
Di balik sikap mudah marah dan perilaku agresi yang ditunjukkan remaja, dr Joshi mengatakan remaja tersebut mungkin mengalami masalah psikologi yang tak disadari oleh orang tua. Beberapa contohnya adalah depresi dan kegelisahan.
Agar anak tak terjerumus ke dalam "candu" media sosial, ada tujuh langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua. Berikut ini adalah ketujuh langkah tersebut:
1. Luangkan waktu setiap hari selama 20 menit bersama anak remaja, tanpa gawai. Berikan mereka ruang untuk bicara mengenai apa pun yang mereka inginkan. Kebiasaan ini dapat membangun hubungan antara orang tua dan anak yang lebih kuat dan akrab.
2. Dengarkan cerita anak tanpa memberikan respons yang menghakimi. Coba dengarkan cerita anak seperti sedang mendengarkan cerita teman sendiri.
3. Jangan ragu untuk meminta maaf bila orang tua melakukan kesalahan yang melukai anak.
4. Jalin hubungan yang baik dengan teman-teman anak. Hal ini akan memudahkan orang tua untuk mengetahui siapa saja sosok yang ada di sekeliling anak. Di sisi lain, kedekatan antara orang tua dan teman anak juga dapat memberikan rasa nyaman bagi anak untuk bercerita mengenai masalah yang mereka hadapi di lingkungan pertemanan.
5. Biasakan untuk makan malam bersama anak setiap hari, tanpa gawai. Manfaatkan momen makan bersama untuk mendengarkan cerita tentang hal-hal yang dialami oleh anak pada hari itu.
6. Jangan ragu untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepada anak melalui tindakan. Salah satunya adalah dengan memberi pelukan.
7. Coba minta bantuan tenaga kesehatan mental profesional bila orang tua merasa kesulitan untuk memperbaiki hubungan dengan anak.