Rabu 17 May 2023 13:58 WIB

Hati-hati, Bahan Kimia dalam Pembersih Bisa Picu Parkinson

Paparan yang terlalu lama terhadap bahan kimia bisa picu penyakit parkinson.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Studi terbaru mengungkap bahwa bahan kimia yang terdapat pada bahan pembersih terkait dengan risiko penyakit Parkinson./ilustrasi
Foto: Unsplash
Studi terbaru mengungkap bahwa bahan kimia yang terdapat pada bahan pembersih terkait dengan risiko penyakit Parkinson./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Metode dry cleaning, mencuci tanpa air sama sekali, cukup populer karena dianggap lebih aman membersihkan berbagai jenis kain ketimbang mencuci biasa. Namun studi terbaru mengungkap bahwa bahan kimia yang terdapat pada bahan pembersih terkait dengan risiko penyakit Parkinson.

Trichloroethylene (TCE) adalah bahan kimia cair yang bertahan di udara, air, dan tanah selama beberapa dekade. Paparan yang terlalu lama terhadap bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan pembersih ini, terutama pada pakaian yang dicuci dengan cara dry cleaning, dapat meningkatkan risiko penyakit Parkinson hingga 70 persen, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Neurology. 

Baca Juga

TCE telah digunakan untuk keperluan industri dan komersial selama hampir 100 tahun, dan digunakan sebagai obat bius bedah hingga akhirnya dilarang pada tahun 1977.

Saat ini, TCE terutama digunakan untuk menghilangkan lemak pada komponen logam industri. Hal ini memerlukan pemanasan TCE dalam tangki degreasing untuk menciptakan uap yang melarutkan minyak, tetapi juga melepaskan bahan kimia ke atmosfer.  Setelah TCE merembes dalam tanah atau air tanah, ia dapat bertahan selama beberapa dekade.

Dalam studi tersebut, para peneliti yang dipimpin oleh University of California-San Francisco dan San Francisco VA Medical Center, membandingkan diagnosis Parkinson pada sekitar 160 ribu veteran Angkatan Laut dan Marinir AS.

Para peneliti menemukan bahwa 430 veteran telah didiagnosis menderita Parkinson, dan risikonya 70 persen lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpapar.

Menurut Samuel M Goldman, peneliti studi, penduduk sipil juga berisiko terpapar TCE. Ia mencatat bahwa antara 9 persen dan 34 persen pasokan air AS mengandung bahan kimia tersebut dalam jumlah yang dapat diukur.

"TCE masih merupakan bahan kimia yang sangat umum digunakan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Produksinya telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan tersedia secara luas secara online," kata dia seperti dilansir dari Times Now News, Rabu (17/5/2023).

Sayangnya, tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah seseorang telah terpapar. Banyak dari kita yang memiliki kadar TCE yang dapat dideteksi dalam tubuh, tetapi TCE dimetabolisme dan diekskresikan dengan sangat cepat, sehingga tes darah dan urin hanya mencerminkan paparan yang sangat baru.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa para veteran yang terpapar memiliki prevalensi Parkinson prodromal yang lebih tinggi --gejala-gejala yang mengarah ke Parkinson tetapi belum memenuhi kriteria diagnostik untuk penyakit ini.

"Hilangnya indera penciuman, gangguan tidur yang dikenal sebagai RBD, kecemasan, depresi, dan konstipasi dapat menjadi tanda awal Parkinson, tetapi hanya sebagian kecil orang yang mengalaminya," kata Caroline M. Tanner, dari Departemen Neurologi UCSF.

Risiko terkena Parkinson di masa depan dapat diperkirakan dengan menggunakan skor risiko berdasarkan gejala-gejala ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement