REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit orang yang terjebak dalam kecanduan utang konsumtif. Keinginan-keinginan tersier seperti membeli tiket konser yang sangat mahal, gawai versi terbaru, liburan ke luar kota, dan keinginan gaya hidup lainnya semakin mudah didapat dengan kemajuan digital saat ini.
Direktur PT Insight Investments Management (INSIGHT) Ria M Warganda menyampaikan perlunya berhati-hati dengan adanya jebakan utang konsumtif ini. Utang konsumtif merujuk pada utang yang uangnya digunakan untuk membeli barang atau jasa yang tidak produktif atau memiliki keuntungan ke depannya.
"Berbeda halnya dengan utang produktif, utang konsumtif ini tidak memiliki nilai investasi, karena digunakan untuk membiayai pembelian barang atau jasa yang tidak memberikan pengembalian pada masa depan atau nilainya bisa menurun, bahkan bisa jadi habis tanpa sisa," kata Ria, Selasa (16/5/2023).
Beberapa bahaya dari utang konsumtif menurut Ria adalah adanya bunga dan biaya tambahan yang cenderung lebih tinggi, bisa menjadi beban finansial, berpotensi menurunkan kredit skor, bahkan bisa memberikan pengaruh juga pada kesehatan mental. Ria pun memberikan beberapa tips agar tidak terjebak dengan utang konsumtif apalagi hingga kecanduan, berikut di antaranya:
1. Buat Anggaran Keuangan yang Jelas dan Terencana
Dalam membuat anggaran keuangan bulanan, menurut Ria, dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa banyak pemasukan yang akan diterima dalam satu bulan, lalu membuat prioritas pengeluaran yang harus dilakukan seperti pembayaran tagihan, biaya makan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
2. Gunakan Kartu Kredit dan Fitur Paylater dengan Bijak
Di satu sisi kartu kredit maupun fitur paylater memang memberi kemudahan untuk melakukan transaksi, tapi juga berpotensi membawa dalam jebakan utang konsumtif. “Sebisa mungkin gunakan kartu kredit maupun paylater hanya untuk pembelian yang memang benar-benar dibutuhkan, lalu pastikan untuk bayar tagihannya tepat waktu,” ujar Ria.
3. Jangan Tergoda dengan Promosi dan Diskon