Rabu 17 May 2023 14:46 WIB

UMKM Kabupaten Semarang Dilatih Pemasaran Digital, Manfaatkan Instagram-TikTok

Pelaku UMKM harus mampu mengikuti tren dan perkembangan zaman.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Pelatihan digital marketing melalui platform Instagram dan TikTok kepada 50 pelaku UMKM di Kabupaten Semarang, yang dilaksanakan di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi UMKM  (UMKM Center).
Foto: Bowo Pribadi
Pelatihan digital marketing melalui platform Instagram dan TikTok kepada 50 pelaku UMKM di Kabupaten Semarang, yang dilaksanakan di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi UMKM (UMKM Center).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Tren berkembangnya e-commerce (perdagangan elektronik) membuat sejumlah platform media sosial juga kian adaptif bagi kebutuhan jangkauan pasar yang lebih luas. Setidaknya, ini ditunjukkan dengan semakin masifnya penggunaan platform Instagram maupun TikTok untuk mendukung pemasaran berbagai produk.   

Hal ini menginspirasi Serabut Nusa, salah satu e-commerce asli Kabupaten Semarang dan tim pengabdian masyarakat Universitas Semarang (USM) berkolaborasi memberikan pelatihan digital marketing melalui platform Instagram dan TikTok kepada 50 pelaku UMKM di wilayah setempat.

Mereka merupakan para pelaku usaha yang terwadahi oleh UMKM Center Kabupaten Semarang. Pseserta pelatihan digital marketing ini mencakup berbagai klaster UMKM yang selama ini dibina di UMKM Center tersebut.

Salah seorang peserta pelatihan, Sri Dwi Lestari mengaku, sebagai pelaku UMKM klaster kemasan basah, selama ini telah memanfaatkan platform digital marketing dalam mendukung pemasaran produknya.

Kendati begitu, ia ingin momentum dalam memanfaatkan peluang digital marketing terus berlanjut dan bahkan tidak hanya pada satu platform saja. Namun sebisa mungkin juga melalui platform yang lain, misalnya media sosial. “Maka saya menganggap pelatihan ini penting dan saya tertarik,” ungkapnya, Rabu (17/5/2023).

Pemilik usaha Lumpia Maritza ini juga menyampaikan, dari pelatihan ini ia juga bisa mengetahui ternyata Instagram dan TikTok pun bisa dimanfaatkan untuk menjangkau pasar dan memperluas pemasaran. “UMKM harus mampu mengikuti tren dan perkembangan zaman,” tambah Dwi.    

Founder Serabut Nusa, Dimas Herdi Utomo yang juga sebagai pemateri dalam pelatihan ini mengungkapkan, saat ini memang ada kecenderungan media sosial beralih menjadi social commerce. Jadi yang awalnya media sosial kemudian di situ ada transaksi penjualan.

“Maka, ia melihat para pelaku UMKM perlu mendapatkan edukasi, pengertian dan pelatihan bagaimana memanfaatkan peluang social commerce ini,” ungkapnya.

Pelatihan ini, kata Dimas, melibatkan tujuh lembaga yang ada di Kabupaten Semarang, antara lain meliputi UMKM Center, CocaCola Euro Pacific Partner (swasta), koperasi UMKM Center, komunitas disabilitas Kabupaten Semarang (PPDI Kabupaten Semarang).

Sasarannya seluruh klaster yang ada di UMKM Center, seperti klaster craft, kuliner, kemasan kering, fesyen, dan lainnya. “Jadi mengapa social commerce, karena hari ini saya bisa bilang semua segmentasi produk bisa terjual,” tegasnya.

Dimas juga menyampaikan, permasalahan UMKM yang paling awam di Kabupaten Semarang adalah masih adanya kesenjangan demand dan supply. Terkait demand, semua instansi pemerintah, dinas dan lembaga telah mengajarkan manajemen usaha, kemampuan organisasi, marketing, manajemen keuangan, dan sebagainya.     

Tetapi setelah itu apakah masalah selesai, ketika UMKM penjualannya berkurang atau hanya jalan di tempat. Artinya masalah tetap saja muncul, yang membedakan adalah bagaimana suplai ini bisa diserap sesuai dengan ekosistem digital yang hari ini sedang booming.

Inilah yang menjadi alasan mengapa kami mengangkat konteks dan konten social commerce (Instagram dan Tiktok), karena ini sedang menjadi tren dan harapannya tentu bisa bermanfaat dan berkelanjutan.

Dimas juga menyampaikan kegiatan pelatihan ini merupakan fase pertama dari empat fase yang akan dilakukan oleh Serabut Nusa dengan sasaran peserta yang sama. Nantinya ada tindak lanjut lagi dengan evaluasi, kemudian akan dilihat apakah peerta membutuhkan.

Karena kalau hanya ini dan besoknya beda konsep lagi atau tidak berkelanjutan hasilnya juga tidak akan optimal. “Materi pelatihan spesifik bagaimana Tiktok kok bisa menjadi ujung tombak penjualan, baik dari sudut pandang akademisi maupun pelaku e-commerce,” tegas dia.

             

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement