Oleh : Gita Amanda, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa waktu terakhir media massa mainstream maupun media sosial memang diramaikan dengan rencana band asal Inggris, Coldplay, yang akan menggelar konsernya di Tanah Air. Para pecinta Coldplay menyambutnya dengan sukacita.
Konser Coldplay jadi perbincangan dimana pun, oleh hampir siapa pun. Tapi beberapa hari terakhir pembicaraan soal Coldplay justru kurang menyenangkan. Bermula dari seorang pemuka agama di Malaysia yang menyatakan penolakannya akan konser band yang digawangi Chris Martin itu.
Dalam unggahannya di media sosial Facebook, anggota partai islam Malaysia, PAS, Nasrudin Hassan mempertanyakan apakah keputusan pemerintahnya untuk mengizinkan Coldplay tampil di Malaysia merupakan bentuk hedonisme dan promosi budaya menyimpang di negara tersebut.
"Saya menyarankan agar konser di Malaysia dibatalkan karena tidak membawa manfaat bagi negara, ras, dan agama (dalam negeri)," kata Nasrudin dikutip New Straits Times.
Coldplay selama ini memang mengusung inklusivitas dan concern pada isu-isu lingkungan dalam setiap konser meraka. Hal ini juga yang disebut-sebut membuat Coldplay butuh waktu lama untuk memutuskan menggelar konsernya di Tanah Air. Bayangkan selama 26 tahun berkarya, baru tahun ini Coldplay memutuskan menggelar konser di Indonesia.
Indonesia sebelumnya dinilai masih banyak bermasalah dengan isu-isu lingkungan, mulai dari pencemaran udara hingga pembakaran hutan mesih terjadi di negeri ini. Jika saat ini Coldplay memutuskan akhirnya menggelar konsernya di Jakarta, mungkin mereka menilai Indonesia sudah lebih layak atau memang ada alasan lain.
Sementara terkait inklusivitas, Coldplay selama ini mengusung konser yang bisa dengan mudah di akses semua pihak. Semua pihak termasuk kelompok disabilitas hingga mereka yang memiliki orientasi seksual berbeda.
Bukan hanya itu, Coldplay khususnya sang vokalis termasuk dalam jajaran musisi yang mendukung LGBT. Dalam beberapa kesempatan, Chris Martin kerap membawa bendera pelangi yang melambangkan LGBT. Pada sebuah wawancara, Chris juga sempat mengisahkan bagaimana ia dulu merupakan seorang yang homopobik karena dibesarkan dalam keluarga Kristen yang konservatif. Namun sejak usia 15 tahun ia mengaku sudah berubah lebih menerima dan mendukung kehadiran kelompok LGBT.
Tak lama berselang dari ramainya berita penolakkan Coldplay di Malaysia itu, di Indonesia rasanya tak mau ketinggalan. Sebagai negara muslim terbesar, isu ini mau nggak mau jadi perhatian juga.
Penolakan ini diutarakan Wasekjen PA 212 Novel Bamukmin. Dalam sebuah wawancara Novel mengatakan Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam dan berpedoman pada Pancasila sudah seharusnya menolak Coldplay. "Jelas kami dari PA 212 menolak konser Coldplay yang mendukung LGBT itu," kata Novel kepada wartawan.
Bahkan Novel “mengancam” akan terus mengupayakan batalnya konser Coldplay seperti yang sudah dilakukan pada konser Lady Gaga dan gelaran Miss World. Novel mengatakan pemerintah dan penyelenggara sebaiknya segera membatalkan konser Coldplay jika tak mau dirugikan seperti batalnya konser Lady Gaga.
“Saya mengimbau panitia dan promotor segera membatalkan niatnya mendatangkan Coldplay. Kalau masih nekat, maka kita akan gelar aksi besar dengan memblokir lokasi atau kita akan kepung bandara," kata Novel.
Bagaimana nih para pecinta Coldplay, menurut kalian apakah konser yang sudah dinantikan lama ini akan tetap terselenggara atau tidak ya? Tapi sepertinya akan tetap berlangsung melihat bagaimana antusias penggemar Coldplay di Tanah Air.
Tapi rasa-rasanya pihak penyelenggara dan pemerintah juga harus mempersiapkan ini dengan sangat hati-hati, ya. Mungkin promotor bisa mengajukan riders kepada pihak Coldplay sebelum menggelar konsernya di sini.
Ya, memang selama ini riders biasanya diajukan pihak musisi atau artis untuk penyelenggara acara. Nanti penyelenggara akan memenuhi semua kebutuhan dan permintaan artis sebelum naik panggung berdasarkan riders yang disepakati.
Nah, sepertinya pemerintah dan promotor di Indonesia juga harus mengajukan ”riders ” ke pihak Coldplay. Setidaknya harus disepakati apa yang bisa dan tidak dilakukan di atas panggung di Indonesia.
Chris Martin dkk mungkin bisa menerapkan pribahasa "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi". Sebab kalau si mas Chris sampai membawa bendera pelangi di atas panggung Tanah Air, waduh bisa berabe rasanya.