Rabu 17 May 2023 20:31 WIB

BI: Konektivitas Pembayaran Lintas Negara Jadi Kekuatan Baru ASEAN

Mengembangkan sistem pembayarannya tentu akan menjadi kekuatan baru bagi ASEAN.

Ilustrasi penggunaan Qris.  Sekarang dengan Thailand dan Malaysia sudah bisa menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Foto: Www.freepik.com
Ilustrasi penggunaan Qris. Sekarang dengan Thailand dan Malaysia sudah bisa menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan konektivitas pembayaran lintas negara akan menjadi salah satu kebanggaan dan kekuatan baru bagi ASEAN. Lima bank sentral dari negara ASEAN sudah menandatangani MoU terkait Regional Payment Connectivity (RPC) ini.

Lima bank sentral anggota ASEAN itu yakni dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. "Jadi ke depan, kalau jalan-jalan ke Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand maka transaksi bisa jauh lebih gampang. Sekarang dengan Thailand dan Malaysia sudah bisa menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Ini menjadi salah satu kebanggaan ASEAN," kata Destry dalam Capacity Building on ASEAN Issues kepada stakeholder di Provinsi Bali di Denpasar, Rabu (17/5/2023).

Baca Juga

Sekarang baru lima negara ASEAN, lanjut dia, tetapi ke depan negara ASEAN lainnya setelah mengembangkan sistem pembayarannya tentu akan menjadi kekuatan baru bagi ASEAN. Terlebih, ujar Destry, negara-negara di ASEAN saat ini berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan negara-negara maju.

"Pertumbuhan ekonomi global contohnya itu pada 2023 diperkirakan tumbuh 2,6 persen. Sedangkan di ASEAN diperkirakan tumbuh di atas 5 persen," ucapnya pada acara yang diisi dengan talkshow Digital Currency Peluang bagi Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu.

Sementara itu Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh di kisaran 4,8 sampai 5,3 persen. Destry menambahkan, ekonomi dan keuangan digital telah mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan juga negara-negara ASEAN. Selain itu, Covid-19 membuat digitalisasi ekonomi dan keuangan berjalan dengan cepat.

Ia mengemukakan untuk QRIS saja penggunanya di Indonesia sekarang sudah 32 juta orang dan jumlah merchant sebanyak 25,4 juta. Demikian pula untuk BI Fast transaksi di triwulan I tahun 2023 saja sudah Rp1.133 triliun.

Terkait Bali, Destry juga mengatakan Index Competitiveness Bali masuk 10 besar terbaik di Indonesia yang ini artinya masyarakat di Bali sudah melek digitalisasi.

"Selain itu, penggunaan aset kripto di Bali juga semakin marak dan bahkan Bali terkenal sebagai 'global crypto hub'. Bali juga menjadi destinasi utama nomaden digital untuk menetap dalam waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun," katanya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan hingga pertengahan Mei 2023 tercatat jumlah merchant QRIS di provinsi setempat sebanyak 624 ribu dan jumlah pengguna sebanyak 695 ribu. "Bali memiliki prospek untuk pengembangan digital currency," ujar Trisno.

Di sisi lain, ia memproyeksikan kunjungan wisman ke Bali hingga akhir 2023 mencapai 4,8 juta orang. Sampai dengan 14 Mei 2023 tercatat kunjungan wisman ke Pulau Dewata sudah sebanyak 1,8 juta orang.

"Rata-rata kunjungan wisman per hari sebanyak 14 ribu dan wisatawan domestik 11.600 orang dengan 35 maskapai yang sudah melakukan penerbangan langsung ke Bali. Meskipun ada peningkatan, namun masih di bawah frekuensi kedatangan sebelum Covid-19," kata Trisno.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement