REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Oposisi menuding pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengizinkan 10 juta migran illegal masuk Turki. Sebelumnya, mereka menyampaikan dugaan kecurangan penghitungan yang terjadi pada ribuan kotak suara.
‘’Kami tidak akan membiarkan negeri kami mengizinkan 10 juta migran ilegal masuk,’’ kata capres oposisi Kemal Kilicdaroglu dalam video yang diunggah di Twitter, Rabu (17/5/2023). Ia mengingatkan, jumlahnya bisa mencapai 30 juta migran.
Kilicdaroglu mendesak para pemilih yang mencintai tanah airnya untuk memberikan suaranya pada putaran kedua pilpres pada 28 Mei mendatang. Meski demikian, ia tak memberikan bukti mengenai jumlah migran ilegal tersebut.
Saat ini, Turki menjadi negara yang menampung pengungsi dalam jumlah terbesar, sekitar empat juta jiwa. Merujuk data Kementerian Dalam Negeri, pada 11 Mei, sekitar 50.600 migran ilegal tertangkap. Pada 2022, terdapat 285 ribu yang berusaha masuk secara ilegal.
Saat ini, Erdogan dalam posisi menguntungkan. Hasil pemungutan suara 14 Mei, unggul dibandingkan lawannya. Erdogan mengatakan hanya dirinya yang mampu menciptakan kestabiltan di Turki.
Para pengamat, menyatakan Erdogan meyakini oposisi didukung Kurdi yang dianggap kelompok militan. Mereka menuding Erdogan menggunakan video palsu dan tanpa bukti. Pesan Erdogan seakan dirahkan ke partai pro-Kurdi, Green Left Party (YSP).
Partai ini mendukung Kilicdaroglu tetapi bukan bagian dari koalisi enam partai yang mendukung Kilicdaroglu. YSP memperoleh suara terbesar ketiga di parlemen pada pemilu Ahad lalu setelah AKP dan Republican People's Party (CHP) yang mendukung Kilicradoglu.
Direktur lembaga survei MAK, Mehmet Ali Kulat mengatakan, bagi para pemilih, oposisi tak cukup keras dalam isu terorisme. ‘’Pemerintah menjawab isu itu. Oke kalian kehilangan harta dan sumber daya, apakah kalian akan kehilangan negara juga?’’
Kulat menambahkan, mayoritas pemilih di 11 provinsi yang diguncang gempa juga mendukung Erdogan. Sebab, mereka meyakini Erdogan akan mampu membangun kembali wilayah-wilayah yang rusak akibat gempa.
Ozer Sencar dari lembaga survei Metropoll mengatakan, koalisi oposisi membuat citra yang menggambarkan sengketa yang terjadi di internal mereka. ‘’Mereka merusak reputasinya sendiri.’’