REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Perusahaan induk minyak negara Bahrain nogaholding meluncurkan obligasi syariah, atau sukuk 10 tahun senilai 750 juta dolar AS (sekitar Rp 11,14 triliun), pada hari Rabu (17/5/2023). Hal tersebut disampaikan dalam publikasi pasar modal IFR News.
Permintaan untuk penerbitan obligasi dengan imbal hasil tinggi mendorong munculnya harga di bawah panduan. Diketahui, buku pesanan mencapai lebih dari 3,75 miliar dolar AS menjelang peluncuran. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menawarkan hasil 6,625 psrsen dari 7,25 persen yang ditunjukkan pada awalnya.
Pada Senin, perusahaan mengatakan akan menahan panggilan investor menjelang kemungkinan penerbitan sukuk baru di bawah program 3 miliar dolar AS. Namun, perusahaan juga menawarkan untuk menawarkan uang kertas yang ada untuk uang tunai, tergantung pada penjualan utang baru.
Nogaholding merupakan perusahaan milik negara Bahrain dan sudah diberi peringkat B+ oleh Fitch Ratings. Perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih 1,06 miliar dolar AS pada tahun lalu, naik dari 466 juta dolar AS pada tahun 2021 dan kerugian bersih 130 juta dolar AS pada tahun 2020, menurut presentasi investor.
Bank ABC, Citi, First Abu Dhabi Bank (FAB), HSBC, JP Morgan dan National Bank of Bahrain diberi mandat sebagai joint lead managers dan joint bookrunners. Emiten Teluk lainnya juga memanfaatkan kondisi pasar yang menguntungkan dan permintaan investor untuk menerbitkan obligasi syariah pada pekan ini. Saalah satunya Aldar Investment Properties, sebuah unit dari Aldar Properties Abu Dhabi yang menjual green sukuk senilai 500 juta pada hari Rabu (17/5/2023) kemarin.