REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak beredar pembicaraan di masyarakat seputar jodoh. Salah satunya menyebutkan bahwa urusan jodoh ini sudah diatur dan ditetapkan SWT.
Jika benar demikian, mengapa banyak pula yang masih beranggapan jika jodoh ini harus dicari dan diupayakan? Ustadzah Imaz Fatimuz Zahra pun mencoba menjelaskan terkait hal ini.
Ning Imaz, panggilan akrabnya, menyebut takdir dibagi menjadi dua, yaitu mubram dan muallaq. Takdir memang telah ditetapkan Allah SWT, tetapi ada pula yang berubah sesuai dengan kehendak-Nya.
"Jadi sesuai dengan keyakinan Ahlussunnah waljamaah, takdir itu ada yang mubram dan muallaq. Bahwa takdir itu sudah ditentukan, tapi juga bisa berubah-ubah jika memang Allah kehendaki,” ucap dia dalam tayangan Youtube NU Online, dikutip Kamis (18/5/2023).
Salah satu cara yang bisa dilakukan umat untuk mengetuk rahmat Allah SWT dan mendapatkan ketetapan yang baik adalah dengan berdoa. Doa sendiri terbagi menjadi dua kategori, yakni doa batin dan doa dhahir.
Doa batin, lanjutnya, adalah doa yang kita panjatkan di sepertiga malam setelah shalat. Sementara untuk doa dhahir adalah doa yang diupayakan.
Putri pasangan KH Abdul Khaliq Ridwan dan Nyai Hj Eeng Sukarendah tersebut lantas menyebut, doa dhohir merupakan upaya manusia untuk mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai.
“Manusia ini kan dhaif atau lemah, bahwa la haula wala quwwata illa billah. Maqam manusia adalah berusaha,” ujar dia.
Ia pun mencontohkan tidak bisa seseorang berdiam diri dan berharap makanan bisa datang sendiri ke mulut dan merasa kenyang.
Yang ada, seseorang harus berusaha mencari makanan, memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya, menelan, lalu merasa kenyang. Inilah yang disebut sebagai maqam manusia, berusaha.
Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
Karena itu, Ning Imaz pun melihat perihal jodoh sebagai sebuah ketetapan tetap memerlukan usaha masing-masing dari setiap individu untuk mencapainya.
Takdir memang ditentukan, tetapi manusia diberikan kesanggupan oleh Allah SWT untuk melakukan hal yang bisa diupayakan, dalam hal ada kendali manusia itu sendiri.
“Yakni menggerakkan tangan, kaki, kehendak dan bisa dialokasikan untuk hal-hal baik. Dalam kendali itu memang Allah SWT berikan kekuatan kepada manusia untuk melakukannya. Kita tidak boleh pasrah, kita harus memiliki daya juang, mental juang untuk meraih yang kita inginkan,” kata Ustadzah asal Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini.
Sumber: NUonline