Jumat 19 May 2023 05:22 WIB

Ini Dia Jamaah Haji Usia 103 Tahun dari Tasikmalaya dan Cerita Mau Naik Haji

Jamaah haji dari Tasikmalaya sudah bersiap untuk diberangkatkan ke Tanah Suci.

Rep: Bayu Adjie Prihammanda/ Red: Erdy Nasrul
Mutiroh (103 tahun), calhaj tertua asal Kabupaten Tasikmalaya saat ditemui di rumahnya, Kampung Kabandungan, Desa Pakalongan, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (18/5/2023).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Mutiroh (103 tahun), calhaj tertua asal Kabupaten Tasikmalaya saat ditemui di rumahnya, Kampung Kabandungan, Desa Pakalongan, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (18/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Usia tak menjadi halangan bagi Mutiroh untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Di usia yang sudah menginjak 103 tahun, warga asal Kampung Kabandungan, Desa Pakalongan, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, itu tetap semangat untuk melaksanakan rukun Islam kelima.

Republika mencoba mengunjungi rumah Mak Mut --sapaan akrab Mutiroh, yang terletak di Kampung Kabandungan, Kamis (18/5/2023). Rumahnya nampak sederhana, selayaknya kondisi rumah di perdesaan pada umumnya. Berdinding kayu dan tidak ada gerbang yang menghalanginya. 

Baca Juga

Di rumah itu, Mak Mut tinggal seorang diri. Suaminya telah meninggal pada 2017. Namun, anak-anak Mak Mut juga tinggal di kampung itu, sehingga ketika malam perempuan kelahiran Februari 1920 itu tidur di rumah anaknya.

Keseharian Mak Mut kini lebih banyak dihabiskan di rumah. Meski begitu, ia masih sering ikut pengajian yang ada di sekitar kampungnya.

Mak Mut mengisahkan, keinginannya untuk naik haji sudah lama muncul. Namun, baru sejak sekitar 13 tahun lalu, ia bersama almarhum suaminya memantapkan niat pergi ke Tanah Suci. Salah satu usaha yang dilakukan pasangan suami istri itu adalah menjual sawah dan kolam ikan untuk biaya berangkat ibadah haji bersama. Uang hasil jual tanah itulah yang digunakan untuk mendaftar haji pada 2017.

"Saya daftar bersama suami," kata Mak Mut.

Suami wafat 

Nahas, tak sampai setahun usai pendaftaran, suami Mak Mut meninggal dunia. Uang pendaftaran milik suaminya pun dikembalikan, karena keluarganya memilih jatah itu tak diwariskan kepada anaknya yang lain. Kendati demikian, Mak Mut tetap mantap dengan niatnya untuk pergi haji, meski harus berangkat tanpa didampingi keluarganya.

"Tidak takut. Tetap semangat, karena ke Makkah adalah cita-cita saya," ujar dia.

Mak Mut termasuk beruntung...

Lihat halaman berikutnya >>

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement