Jumat 19 May 2023 13:39 WIB

Antisipasi Serangan Siber, CIMB Niaga Alokasikan Capex Khusus TI Rp 1 Triliun

Pemeliharaan TI dinilai penting untuk menjaga keamanan data nasabah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Nasabah melakukan pembayaran zakat menggunakan Super App OCTO Mobile di Jakarta, Senin (3/4/2023). PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga mengalokasikan dana khusus untuk pemeliharaan Teknologi Informasi(TI).
Foto: Republika/Prayogi.
Nasabah melakukan pembayaran zakat menggunakan Super App OCTO Mobile di Jakarta, Senin (3/4/2023). PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga mengalokasikan dana khusus untuk pemeliharaan Teknologi Informasi(TI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga mengalokasikan dana khusus untuk pemeliharaan Teknologi Informasi(TI). Sepanjang tahun ini, CIMB Niaga menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk TI hingga Rp 1 triliun. 

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengakui pemeliharaan TI menjadi salah satu komponen yang memakan biaya paling besar dalam struktur biaya. Pemeliharaan TI dinilai penting untuk menjaga keamanan data nasabah.

Baca Juga

"Di CIMB Niaga kami selalu mempersiapkan kemanan data dan memastikan keamanan TI yang termutakhir. Pengelolaan digital itu memang tidak murah karena harus selalu di-update," kata Lani dalam pembukaan Xtra XPO 2023 di Mall Senayan City, Jakarta, Jumat (19/5/2023). 

Lebih lanjut, Lani menjelaskan, pemeliharaan TI diperlukan untuk mengantisipasi serangan siber termasuk ransomware. CIMB Niaga rutin melakukan berbagai uji stres atau stress test secara berkala untuk melihat seberapa kuat sistem pertahanan bank.

Lani mengakui, serangan siber merupakan salah satu tantangan besar terutama bagi perbankan. Dia berharap perbankan bersama asosiasi dan pemerintah dapat bekerja sama mempersiapkan perlindungan dari sisi hukum. 

"Saya rasa untuk perbankan, terutama yang mengelola data nasabah, pemutakhiran sistem TI menjadi hal yang paling penting," jelas Lani.

Selain untuk memastikan ketahanan sistem, uji stres sistem TI secara berkala dilakukan seiring dengan meningkatnya transaksi digital. Menurut Lani, transaksi digital melalui aplikasi OCTO mobile terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. 

"Tahun lalu kenaikannya di atas 60 persen, sedangkan rata-rata kenaikan dari tahun ke tahun selalu di kisaran 50 persen-100 persen. Jadi, investasi sistem memang harus selalu ada," pungkas Lani.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement