REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat seorang Muslim memiliki kelebihan, baik dalam hal kecantikan atau ketampanan, prestasi, kebaikan dan lainnya, biasanya dia akan mendapat pujian dari orang lain.
Namun bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim ketika mendapatkan pujian? "Kita tidak pantas untuk mendapatkan pujian, karena itu semua adalah dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dan seharusnya ini melahirkan sikap tawadu, rendah hati pada diri kita, mengikis segenap kesombongan dalam diri kita," kata pendakwah Ustadz Johan Saputra M H I melalui akun YouTube Yufid.
Ustadz Johan mengungkapkan, jiwa manusia pada dasarnya senang untuk dipuji. Manusia ingin mendapatkan pengakuan, pujian, bahkan mereka senang memiliki pengikut yang memuji.
Kendati demikian umat Islam perlu merenungkan satu ayat dalam surat Al Fatihah. Lewat ayat alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji hanya milik Allah tabaraka wa ta'ala. Dia lah Tuhan, konsep kepemilikan pemelihara alam semesta ini.
"Ayat yang mulia ini pada dasarnya kita selaku hamba Allah tidak berhak untuk mendapatkan pujian apalagi dipuja-puja oleh manusia lainnya atau makhluk lainnya. Dalam ayat ini tegas sekali mengatakan segala pujian itu hanya milik Allah tabaraka Wa Ta'ala. Mengapa Jika ada beberapa hal pada diri kita yang menjadikan kita ini katakanlah layak dipuji orang-orang lain, katakanlah memiliki kelebihan secara fisiknya ketampanan kecantikan atau kelebihan secara materi kekayaan atau memiliki kekuasaan power itu semua kelebihan, atau katakanlah kita memiliki kepandaian, skill, IQ di atas rata-rata maka pada hakikatnya itu semua adalah pemberian dari Allah tabaraka wa ta'ala," papar Ustadz Johan.
Ustadz Johan melanjutkan, pada awalnya manusia berasal dari sesuatu yang tidak ada, kemudian Allah SWT jadikan seseorang itu ada.
Allah SWT memberikan penghidupan, Dia memberikan makan dan minum, kemudian Allah SWT yang memelihara seseorang dari mulai dia hadir ke dalam rahim ibunya.
Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
Allah SWT juga membuat manusia mampu membedakan mana yang baik dan buruk, serta mana yang berbahaya dan bermanfaat.
"Kemudian Allah SWT menciptakan kita dalam sebaik-baik bentuk dan rupa, Allah SWT yang memberikan ketampanan, kecantikan yang memberikan rezeki segalanya. Allah SWT yang memberikan kepintaran kelebihan dan skill, sehingga kita seharusnya mengembalikan Segala Pujian itu untuk Allah SWT dan rasa syukur kita untuk Allah tabaraka wa ta'ala semata. Ini makna Alhamdulillahi rabbil 'alamin," ucap Ustadz Johan.
"Ingat, segenap kelebihan yang ada pada diri kita itu adalah pemberian Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sewaktu-waktu Allah SWT bisa mencabutnya, maka hati kita harus senantiasa kembali mengucap syukur kepadaNya," lanjut Ustadz.