Jumat 19 May 2023 19:50 WIB

Menkop Sebut, Baru 4,1 Persen UMKM yang Masuk Rantai Pasok Industri

Teten ingin UMKM menjadi bagian dari rantai pasok industrialisasi

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, saat ini baru sekitar 4,1 persen pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang sudah masuk rantai pasok industri. Angka itu masih kecil jika dibandingkan dengan total UMKM di Tanah Air yang mencapai 64 juta lebih.
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, saat ini baru sekitar 4,1 persen pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang sudah masuk rantai pasok industri. Angka itu masih kecil jika dibandingkan dengan total UMKM di Tanah Air yang mencapai 64 juta lebih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, saat ini baru sekitar 4,1 persen pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang sudah masuk rantai pasok industri. Angka itu masih kecil jika dibandingkan total UMKM di Tanah Air yang mencapai 64 juta lebih. 

Maka, ia menegaskan pentingnya evolusi produk UMKM yang tidak hanya berbasis teknologi rintisan melainkan harus berbasis teknologi modern. “Kita ingin produknya unggul, hingga inovasi bisnisnya sudah dengan model bisnis bagus," ujar Teten dalam Kick Off Program Pendampingan Mikro Mandiri Tahun 2023 di Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Ia ingin UMKM menjadi bagian dari rantai pasok industrialisasi, di seluruh negara maju pun, kata dia, sudah seperti itu. Guna mewujudkan keinginan tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) menggandeng banyak universitas dan inkubator bisnis dari swasta.

Program Pendampingan Mikro Mandiri ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah serta menjadi inovasi model terhadap program pengembangan kapasitas SDM UMKM yang selama ini telah dilakukan. "Kedua, program ini sebagai alat untuk mendorong percepatan UMKM naik kelas dan ekosistem kewirausahaan yang kondusif. Kerja sama seperti ini dapat direplikasi dengan stakeholder yang terkait ke depannya," jelas Menkop.

Ia menambahkan, saat ini sudah banyak wirausaha dari kalangan anak-anak muda yang masuk berbasis inovasi teknologi. Contohnya, industri sepatu, parfum, dan sebagainya. Contohnya bahan baku parfum kelas dunia di Prancis yang sudah ada di Indonesia.

Begitu pula dengan industri jamu. Menkop mengatakan, UMKM jamu bisa didorong menjadi industri obat berbasis atau dapat menjadi rantai pasok dari industri farmasi.

"Membangun UMKM itu harus menjadi bagian dari industrialisasi. Kalau tidak, UMKM akan tertinggal. Intinya, UMKM harus berevolusi untuk menghasilkan produk-produk berbasis teknologi," tegasnya.

Dirinya menekankan pentingnya membangun ekosistem bisnis, selain pembiayaan perbankan, hingga kemudahan berusaha. Sebenarnya, sambung dia, dari sisi regulasi, sudah selesai. 

Misalnya terkait kemitraan dengan usaha besar, sudah ada kebijakan insentif pajak. Begitu pun dengan aturan pengupahan hingga adanya pembiayaan KUR Klaster.

Menteri Teten meyakini, masuknya UMKM ke rantai pasok industri, akan membuat bisnis menjadi lebih efisien. Di Jepang, misalnya. Di negara itu, UMKM sudah menjadi pemasok komponen bagi sektor industri otomotif. Sementara yang memiliki brand, tinggal menjahit saja.

Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop Yulius menambahkan, Pendampingan Mikro Mandiri ini merupakan program peningkatan kapabilitas dan akses usaha mikro secara berkelanjutan kepada sumber daya produktif. Jadi pelaku usaha mikro dapat naik kelas dan terhubung ke ekosistem bisnis yang lebih luas.

"Program pengembangan kapasitas usaha mikro tidak sekadar pelatihan saja. Melainkan secara utuh didampingi sampai terwujudnya transformasi usaha mikro," tuturnya pada kesempatan serupa.

Yulius menambahkan, pendampingan akan dilaksanakan dalam kurun waktu enam bulan berkolaborasi dengan Kampus Bisnis Umar Usman. Sebagai rintisan pada 2023 ini, program pendampingan akan diberikan kepada 300 pelaku usaha mikro yang diverifikasi dari total 7.390 pelaku usaha mikro yang telah mengikuti pelatihan pada 2021 dan 2022.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement