REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan akan mengirim tim ahli pemerintah beranggotakan 21 orang ke Jepang pekan depan untuk mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Tim ahli ini akan meninjau kembali rencana Jepang yang diperdebatkan untuk melepaskan air hasil reaktor yang telah diolah namun sedikit tercemar radioaktif ke laut.
Kunjungan selama enam hari yang dimulai Ahad itu akan berfokus pada pemeriksaan sistem pengolahan PLTN, yang mengurangi bahan radioaktif dari air yang terkontaminasi. Mencari tahu apakah air yang telah diolah cukup aman untuk diencerkan dan dibuang ke laut, demikian dikatakan para pejabat pada Jumat (19/5/2023).
Keamanan air hasil reaktor Fukushima selama bertahun-tahun telah menjadi isu sensitif di antara sekutu-sekutu AS. Kini Jepang dan negara sekutu AS berupaya memperbaiki hubungan yang telah lama tegang untuk mengatasi tantangan bersama seperti ancaman nuklir Korea Utara dan kebijakan luar negeri Cina yang agresif.
Setelah pertemuan puncak dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bulan ini, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan, pemerintahnya setuju menjadi tuan rumah bagi tim ahli Korea Selatan di Fukushima untuk meredakan kekhawatiran Korea Selatan mengenai keamanan pangan, sebagai wujud dari keinginannya memperbaiki hubungan.
Para pejabat Jepang mengatakan, kunjungan Korea Selatan ke PLTN tersebut tidak akan menjadi inspeksi yang sesungguhnya. Karena keamanan rencana pembuangan air sudah ditinjau Badan Tenaga Atom Internasional, yang mungkin akan memublikasikan hasilnya bulan depan.
Para ahli Korea Selatan akan diberi pengarahan oleh para pejabat Jepang mengenai rincian pengolahan air dan rencana pembuangan pada Senin. Sebelum mereka mengunjungi beberapa fasilitas di PLTN Fukushima pada hari Selasa dan Rabu.
"Para ahli Korea Selatan kemudian akan melakukan "diskusi teknis yang mendalam" dengan pihak berwenang Jepang yang terkait berdasarkan pengamatan mereka pada hari Kamis sebelum kembali ke rumah," kata Park Ku-yeon, wakil menteri pertama Kantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korea Selatan, dalam pengarahannya.
Tim Korea Selatan akan dipimpin Yoo Guk-hee, ketua Komisi Keamanan dan Keselamatan Nuklir. Guk-hee mengatakan, fokusnya pada sistem pemrosesan cairan canggih, atau ALPS, yang dirancang untuk mengurangi lusinan jenis isotop radioaktif di dalam air yang terkontaminasi ke tingkat yang aman.
“(Jepang) telah menerima hampir semua permintaan kami pada fasilitas yang kami harapkan, kecuali yang memiliki kekhawatiran lebih tinggi terhadap kontaminasi radioaktif atau masalah keamanan lainnya,” kata Park.
Pejabat Korea Selatan mengatakan Jepang telah menolak untuk menerima ahli swasta Korea Selatan ke situs tersebut, menggambarkan kunjungan tersebut sebagai masalah antar pemerintah. Park mengatakan ahli swasta dapat berpartisipasi dalam kelompok penasehat Korea Selatan yang rencananya akan dibentuk nanti untuk memeriksa silang informasi yang diperoleh dari kunjungan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Jepang juga mengkonfirmasi kunjungan delegasi Korea Selatan ke pabrik Fukushima, dalam sebuah pernyataan yang juga mendukung keefektifan sistem ALPS. Dimana ia ingin memastikan semua bahan radioaktif selain tritium dikurangi ke tingkat yang aman.
“Rencananya air yang diolah ALPS kemudian akan diencerkan secukupnya sebelum dibuang sehingga konsentrasi bahan radioaktif termasuk tritium akan jauh di bawah standar peraturan keselamatan,” kata kementerian tersebut.
Gempa bumi besar dan tsunami pada tahun 2011 menghancurkan sistem pendingin pembangkit Fukushima, menyebabkan tiga reaktor meleleh dan melepaskan radiasi dalam jumlah besar.
Tokyo Electric Power Company Holding, yang mengoperasikan fasilitas tersebut, telah menyimpan air yang diolah ALPS di ratusan tangki yang sekarang menutupi sebagian besar pembangkit dan hampir penuh. Para pejabat Jepang mengatakan tank-tank itu harus disingkirkan.
Penyingkiran itu, guna memberi ruang pembangunan fasilitas penonaktifan pabrik dan untuk meminimalkan risiko kebocoran jika terjadi bencana besar lainnya. Tank-tank tersebut diharapkan mencapai kapasitasnya sebesar 1,37 juta ton pada awal 2024.
Jepang pertama kali mengumumkan rencana untuk membuang air olahan ke laut pada tahun 2018, mengatakan bahwa air olahan akan diencerkan lebih lanjut oleh air laut sebelum dilepaskan. Semua tahapan ini dalam proses yang dikontrol dengan hati-hati yang akan memakan waktu puluhan tahun untuk menyelesaikannya.
“Kami akan fokus pada fasilitas ALPS dan status fasilitas pembuangan air laut dan juga akan meninjau analisis tingkat kontaminasi dalam air yang diolah ALPS, yang akan dilakukan di gedung analisis kimia bangunan tersebut,” kata Yoo tentang kunjungan Korea Selatan tersebut. .
“Kami juga berencana mengadakan diskusi mendalam dan sesi tanya jawab dengan pejabat Jepang tentang penilaian dampak radiasi terhadap lingkungan, termasuk kemungkinan akumulasi dalam sistem eko,” katanya.
Pemerintah Korea Selatan belum memberikan waktu spesifik kapan akan merilis hasil temuannya di Fukushima. Pejabat Korea Selatan mengatakan Seoul tidak akan mempertimbangkan pencabutan larangan impor makanan laut dari Fukushima.
Bahkan, jika itu menentukan rencana pelepasan pengolahan air di Jepang yang sudah aman. Sikap iru6 mengutip keprihatinan publik Korea Selatan dan kebutuhan untuk penyelidikan lebih dalam dampak lingkungan dari bencana 2011.