REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Palestina di Indonesia memperingati Hari Nakba, hari masyarakat Palestina diusir dari tanah airnya. Nakba digunakan untuk menjelaskan pendudukan Israel di Palestina dari 1948 sampai saat ini.
Pada tahun 1988 Presiden Palestina saat itu Yasser Arafat mengusulkan 50 tahun memperingati hari diusirnya rakyat Palestina dari tanah airnya sendiri. Diusulkan hari itu jatuh pada 15 Mei, satu hari setelah Israel mendeklarasikan hari kemerdekaannya.
"Peringatan hari ini untuk memperingati 75 tahun Nakba, sebelum deklarasi memberikan tanah air pada mereka yang tidak seharusnya pada Israel," kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Peringatan Hari Nakba, kata Al-Shun, untuk berdiri bersama pengungsi Palestina yang ingin kembali ke tanah airnya. A-Shun mengatakan tidak diragukan lagi selalu bersama Palestina. Sejak awal Palestina mendukung Palestina. Ia yakin dukungan Indonesia akan terus sampai Palestina merdeka.
"Ini kata-kata pemimpin Indonesia, saya kutip," katanya.
Al-Shun mengatakan masyarakat internasional seharusnya bekerja untuk Palestina terutama Amerika dan Eropa yang memiliki kekuatan bukan untuk Israel. PBB sudah resmi mengakui Hari Nakba setelah 75 tahun.
Namun penolakan terhadap keputusan PBB tetap ada. Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris termasuk 30 negara yang menentang resolusi PBB untuk mengadopsi hari tersebut. Sementara pejabat Israel mendesak negara-negara anggota PBB untuk memboikot peristiwa bersejarah bagi Palestina tersebut.
"Selalu begitu, apa yang anda harapkan dari musuh, apakah anda memberikan dengan cuma-cuma, tidak, mereka membunuh rakyat kami di lapangan, saya baru tiba dua hari yang lalu, saya lihat sendiri, di kota-kota, Jenin, Nablus," kata Al-Shun.