Sabtu 20 May 2023 14:10 WIB

Serangan Udara AS di Suriah Diduga Salah Sasaran, Warga Sipil Jadi Korban

AS telah melakukan serangan udara di Suriah selama bertahun-tahun.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut (ilustrasi).
Foto: EPA/STR
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang menyelidiki apakah serangan udara di Suriah membunuh seorang warga sipil, bukan pemimpin senior Alqaeda yang menjadi target sasaran.Tak lama setelah serangan 3 Mei, saudara laki-laki dari pria yang terbunuh itu menyangkal bahwa korban memiliki hubungan dengan Alqaeda.  

Pada Jumat (19/5/2023), Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan akan terus menyelidiki tuduhan tersebut. "CENTCOM terus menilai hasil dari serangan itu dan telah mengetahui dugaan bahwa serangan itu mungkin mengakibatkan korban sipil," kata juru bicara CENTCOM, Mayor John Moore, dilaporkan Aljazirah.

Baca Juga

AS terus mengandalkan serangan udara terhadap kelompok-kelompok bersenjata di seluruh wilayah. AS bersikeras mereka melakukan serangan semacam itu dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Tetapi investigasi media, kelompok hak asasi manusia, dan organisasi pengawas menemukan bahwa serangan AS sering membunuh warga sipil.

CENTCOM awalnya menyatakan bahwa serangan pada awal Mei telah menargetkan pemimpin senior Alqaeda.  Namun, beberapa jam setelah penyerangan, saudara laki-laki dari seorang pria yang tewas dalam penyerangan di dekat desa Qurqania membantah bahwa korban, Lotfi Hassan Masto, memiliki hubungan dengan Alqaeda.

“Dia bahagia dengan hidupnya dan semua orang mencintainya dan menghargainya. Dia mengurus urusannya sendiri dan tinggal di pinggir desa," kata saudara laki-laki korban, Mohammed Masto (72 tahun).

The Washington Post melaporkan bahwa, korban adalah seorang ayah berusia 56 tahun dari 10 anak. Korban sedang menggembalakan dombanya ketika dia terbunuh oleh rudal Hellfire pada 3 Mei.

CENTCOM mengatakan, mereka sedang menyelidiki apakah serangan itu mungkin secara tidak sengaja mengakibatkan kerugian bagi warga sipil. Washington Post mengutip seorang pejabat pertahanan AS mengatakan, militer tidak yakin bahwa mereka telah membunuh seorang pemimpin Alqaeda. 

Namun Pentagon telah menolak untuk memberikan perincian tambahan mengenai target serangan yang dimaksud. AS telah melakukan serangan udara di Suriah selama bertahun-tahun, dengan menargetkan organisasi bersenjata yang telah aktif di negara tersebut.

Konflik itu melibatkan sejumlah besar pasukan, termasuk dari pemerintah Suriah, tentara asing, paramiliter, pemberontak, dan kelompok bersenjata lainnya. Pertempuran tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat lebih dari 14 juta orang mengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement