Sabtu 20 May 2023 15:12 WIB

Presiden Tsai Tegaskan Jaga Status Quo dan Stabilitas di Selat Taiwan

Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Foto selebaran yang diberikan oleh Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan menunjukkan kapal perusak kelas 052DL Suzhou milik Angkatan Laut China sedang dipantau oleh Angkatan Laut Taiwan di sepanjang Selat Taiwan, Taiwan, pada 8 April 2023.
Foto: EPA-EFE/TAIWAN MILITARY
Foto selebaran yang diberikan oleh Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan menunjukkan kapal perusak kelas 052DL Suzhou milik Angkatan Laut China sedang dipantau oleh Angkatan Laut Taiwan di sepanjang Selat Taiwan, Taiwan, pada 8 April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Sabtu (20/5/2023) berjanji untuk mempertahankan status quo dan stabilitas di Selat Taiwan. Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan Taiwan dengan Cina, yang telah meningkatkan tekanan militer di sekitar Selat Taiwan.

"Taiwan tidak akan memprovokasi dan tidak akan tunduk pada tekanan Cina," kata Tsai dalam pidato di kantor kepresidenan di Taipei menandai ulang tahun ketujuh pemerintahannya.  

Baca Juga

Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya. Cina mengancam akan membawa Taiwan di bawah kendalinya. Beijing telah meningkatkan tekanan militer dan diplomatik untuk memaksa Taiwan menerima kedaulatan Cina sejak Tsai menjabat pada 2016.

Beijing telah menolak seruan untuk berdialog dari Tsai. Beijing menganggap Tsai sebagai separatis.  Tsai telah berulang kali berjanji untuk membela kebebasan dan demokrasi Taiwan.

"Perang bukanlah suatu pilihan. Tidak ada pihak yang dapat mengubah status quo secara sepihak dengan cara yang tidak damai," kata Tsai. 

"Mempertahankan status quo perdamaian dan stabilitas adalah kesepakatan dunia dan Taiwan. Meskipun Taiwan dikelilingi oleh risiko, itu sama sekali bukan pembuat risiko. Kami adalah manajer risiko yang bertanggung jawab dan Taiwan akan berdiri bersama dengan negara-negara demokrasi dan komunitas di seluruh dunia untuk bersama-sama meredakan risiko tersebut," kata Tsai.

Tsai mengatakan, para pejabat Taiwan sedang berdiskusi dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden tentang pengiriman bantuan senjata senilai 500 juta dolar AS ke Taiwan. Tsai menambahkan, bantuan itu dimaksudkan untuk mengatasi pengiriman senjata yang tertunda karena pandemi Covid-19.

Tsai menekankan pentingnya rantai pasokan global Taiwan, yang memproduksi sebagian besar chip semikonduktor canggih dunia. Tsai berjanji untuk mempertahankan teknologi chip tercanggih serta pusat penelitian dan pengembangan di Taiwan.

Taiwan bersiap untuk pemilihan presiden penting pada pertengahan Januari tahun depan. Ketegangan Cina menjadi agenda utama kampanye.

Mewakili partai oposisi utama Taiwan Kuomintang (KMT) untuk pemungutan suara kunci pada pertengahan Januari, Wali Kota New Taipei City Hou Yu-ih mengatakan, Taiwan menghadapi pilihan antara perdamaian dan perang di bawah pemerintahan Tsai. Hou berjanji untuk menjaga stabilitas regional  melalui dialog.

"Ketakutan terjadi perang tidak akan pernah menghilangkan harapan akan perdamaian," kata Hou pada sebuah acara di Taipei untuk memulai kampanye pemilihannya.

Hou mencalonkan diri melawan Wakil Presiden Taiwan William Lai dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa. KMT, yang menyukai hubungan dekat dengan Cina, telah membingkai pemungutan suara 2024 sebagai pilihan antara perang dan perdamaian.

Di kantor kepresidenan ketika ditanya tentang sikap oposisi terhadap pemilu, Tsai mengatakan, menjaga perdamaian harus menjadi konsensus bagi semua partai politik di Taiwan. "Seseorang tidak boleh "menjual ketakutan akan perang untuk keuntungan pemilu," ujar Tsai.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement