Sabtu 20 May 2023 17:45 WIB

Perusahaan Jeff Bezos Dapatkan Kontrak NASA Bangun Fasilitas Pendaratan di Bulan

Selama ini Blue Origin milik Jeff Bezos kalah bersaing dengan SpaceX milik Elon Musk.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Blue Origin. Perusahaan roket milik Jeff Bezos, Blue Origin telah memenangkan kontrak perusahaan antariksa Nasional AS, NASA untuk membangun fasilitas pendaratan astronot di bulan.
Foto: Discovery.com
Blue Origin. Perusahaan roket milik Jeff Bezos, Blue Origin telah memenangkan kontrak perusahaan antariksa Nasional AS, NASA untuk membangun fasilitas pendaratan astronot di bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE CANAVERAL -- Perusahaan roket milik Jeff Bezos, Blue Origin telah memenangkan kontrak perusahaan antariksa Nasional AS, NASA untuk membangun fasilitas pendaratan astronot di bulan. Jatuhnya pilihan ke Blue Origin ini setelah dua tahun perusahaan ini kalah bersaing dengan SpaceX, milik Elon Musk.

Blue Origin menerima kontrak senilai 3,4 miliar dolar AS pada Jumat (19/5/2024) untuk memimpin sebuah tim pengembangan fasilitas pendarat bulan yang diberi nama Blue Moon. Pesawat ini akan digunakan untuk mengangkut astronot ke permukaan bulan paling cepat tahun 2029, setelah sepasang pendaratan awak oleh SpaceX milik Elon Musk.

Baca Juga

NASA akan membawa astronot ke orbit bulan dengan menggunakan roket dan kapsulnya sendiri, tetapi ingin perusahaan swasta mengambil alih setelahnya.

Administrator NASA, Bill Nelson, mengatakan bahwa NASA menginginkan opsi pendaratan yang berbeda karena mereka ingin kembali ke bulan lebih dari setengah abad setelah berakhirnya misi Apollo. Blue Origin mengucurkan dana miliaran dolar, di luar kontrak NASA, untuk membantu membangun fasilitas pendaratan yang permanen di bulan.

"Banyak yang harus kami lakukan sebelum berhasil mendaratkan dan mengembalikan astronot," kata John Couluris, wakil presiden Blue Origin.

Dua tahun lalu, Blue Origin menggugat setelah NASA memberikan kontrak kepada SpaceX untuk melakukan pendaratan pertama di bulan. Seorang hakim federal mendukung keputusan badan antariksa tersebut.

Program Artemis NASA, yang mengikuti pendaratan Apollo pada tahun 1960-an dan 1970-an, dimulai dengan penerbangan uji coba yang sukses pada akhir tahun lalu. Diluncurkan di atas roket bulan baru NASA, sebuah kapsul Orion kosong masuk ke orbit bulan sebelum kembali ke bumi.

Penerbangan Artemis berikutnya akan dilakukan akhir tahun depan ketika satu astronot Kanada dan tiga astronot Amerika Serikat terbang ke bulan dan kembali, tapi tidak mendarat. Dua orang Amerika akan turun ke permukaan bulan dengan menumpang pesawat luar angkasa SpaceX dalam misi setelahnya, paling cepat pada akhir tahun 2025.

Seperti SpaceX, Blue Origin berencana untuk berlatih mendarat di bulan tanpa awak, sebelum menempatkan astronot di dalamnya.

Berbeda dengan Starship yang terbuat dari baja tahan karat dan mengkilap memiliki tampilan fiksi ilmiah, Blue Moon lebih menyerupai kapsul tradisional yang bertengger di atas kompartemen tinggi dengan kaki-kaki. Blue Moon akan berdiri setinggi 52 kaki (16 meter) di bulan.

Kedua pendarat dari dua perusahaan ini dimaksudkan untuk dapat digunakan kembali. Blue Origin akan menggunakan roket New Glenn yang masih dalam tahap pengembangan untuk meluncurkan misi ke bulan dari Cape Canaveral.

Starship, roket terbesar di dunia, memulai debutnya bulan lalu dari Texas Selatan, uji coba penerbangannya berakhir dengan bola api yang meledak beberapa menit setelah mengudara.

Tim Blue Origin terdiri dari lima mitra: Lockheed Martin, Boeing, Draper, Astrobotic Technology, dan Honeybee Robotics. Hanya satu penawaran lain yang diajukan untuk kompetisi kontrak, menurut NASA.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement