REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pada era revolusi industri 4.0, kawula muda makin dituntut untuk meningkatkan kompetensi melalui berbagai wadah, salah satunya pelatihan. Demi menyiapkan SDM unggul yang berkualitas, kreatif, dan inovatif, sukarelawan Ganjar Muda Padjadjaran (GMP) mengadakan pelatihan bertajuk "upskill sashiko" melibatkan kawula muda Kota Depok.
Seperti dilansir dari Antara, Sabtu (20/5/2023), teknik menjahit Sashiko, adalah teknik menjahit dengan pola yang unik sehingga orang yang mengusai dan menggeluti usaha jahit dengan teknik ini bisa menjadikannya sebagai ladang bisnis.
Dalam teknik menjahit Sashiko, biasanya bahan-bahan menggunakan jeans (denim) dengan benang yang sering dipakai berwarna putih. Pola Sashiko biasanya berbentuk garis, lingkaran, kotak, diamond dan pelangi di atas bahan jeans (denim).
Teknik menjahit Sashiko membuat sepatu atau barang-barang yang tadinya tidak bisa dipakai akan tampak lebih bergaya dan unik. Koordinator Daerah GMP Depok, Indra Nurdin mengatakan kegiatan tersebut digelar di Gedung Kartini Taman Wiladatika, Jalan Jambore, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
"Tujuan kami upskill ini karena memang untuk menambah hardskill pemuda-pemuda yang ada di kota Depok. Selain menggunakan, mereka juga bisa untuk mengaplikasikannya atau membuatnya sendiri secara mandiri," ungkap dia.
Berbekal bahan-bahan seperti kain, benang sulam lokal, gunting, grid, dan lainnya, puluhan kawula muda begitu fokus mempraktekkan teknik sashiko tersebut untuk membuat patch jahit.
Indra mengungkapkan bila sudah menguasai teknik dari Jepang ini, kawula muda dapat mengkreasikan pakaian ataupun sepatu bekas menjadi lebih bernilai dan memiliki nilai estetika.
"Harapannya pemuda-pemudi ini bisa bebagi kepada teman-temannya atau keluarganya juga mungkin bisa membuat sashiko ini untuk dirinya dan juga untuk mendapatkan pundi-pundi penghasilan ke depan," ujar Indra.
Asri Restuningsih selaku pemateri yang juga owner Asriku Kreasi menjelaskan, untuk memahami teknik Sashiko tidaklah sulit, hanya perlu memahami pola vertikal, horizontal, serta diagonalnya.
Menurut dia, untuk hasil karya menggunakan teknik sulam ala Jepang ini, memiliki nilai yang cukup tinggi. Oleh karenanya, dia berharap kawula muda dapat memahami dan mengembangkan potensi Sashiko menjadi ide bisnis.
"Saya berharap anak muda bisa lebih maju, lebih bisa kreatif gitu dengan bahan lokal tapi dengan teknik dari jepang sashiko bisa mengangkat mereka untuk belajar tentang sashiko dan mengembangkan menjadi sebuah bisnis," ucap Asri.
Eka Riani (25 tahun) salah satu peserta mengaku tertarik dengan Sashiko. Meski tak mudah, dia berencana akan menekuni teknik tersebut supaya nantinya bisa mendapatkan pendapatan harian.
"Iya ini susah banget jadi dia ada banyak gitu kan (polanya). Iya kayanya mau coba terus di rumah deh terus jual online gitu," ujar Eka.