REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan bisnis UMKM lokal dinilai perlu didukung dengan masifnya kemajuan teknologi. Pelaku UMKM diharapkan bisa beradaptasi secara digital guna menjangkau lebih banyak masyarakat.
Kepala Bidang Kemudahan Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Berry Fauzi mengatakan pelaku UMKM banyak memanfaatkan jaringan marketplace untuk memasarkan produknya saat masa pandemi. Hal tersebut juga tertuang dalam laporan MSME Empowerment Report, 2022.
“Sebanyak 40 persen UMKM menggunakan social media, 38 persen menggunakan instant messaging, menggunakan e-commerce 13 persen, dan ride hailing lima persen,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/5/2023).
Namun demikian, tak jarang pelaku UMKM yang masih mengalami beberapa kendala saat mengakses digital. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh DSInnovate kepada 1.500 pemilik UMKM, ditemukan beberapa kendala yang dialami oleh UMKM.
Survei menunjukan sebesar 30,9 persen UMKM kesulitan dalam mengadopsi digital. Sedangkan 70,2 persen pemilik UMKM bermasalah saat melakukan pemasaran produk. Permasalahan lainnya ialah berkaitan dengan akses permodalan yang mencapai 51,2 persen serta masalah pemenuhan atau persediaan bahan baku sebesar 46,3 persen.
Guna menjawab berbagai tantangan yang dihadapi para UMKM, pemerintah hingga pihak swasta gencar berkolaborasi dan mendukung program dukungan terhadap UMKM lokal, termasuk program pelatihan hingga pendampingan. Hal tersebut turut dilakukan oleh Adaro Energy Indonesia bersama dengan Tokopedia yang telah melakukan pelatihan usaha kepada pelaku usaha wilayah Kalimantan.
Pada program ini, pelaku usaha binaan Adaro mendapatkan pelatihan dan pendampingan intensif melalui Filantra Indonesia tentang kiat mengembangkan usahanya secara online melalui platform Tokopedia selama tiga bulan, salah satu pelaku UMKM yang menerima manfaat dari pelatihan tersebut ialah Arsani selaku Pemilik Kopi Pasak Bumi asal Tabalong, Kalimantan Selatan.
Arsani mengaku bersyukur dapat menyerap setiap pengetahuan yang disampaikan saat pelatihan. Arsani menceritakan, Kopi Pasak Bumi telah berdiri sejak 2014. Produknya sangat diminati masyarakat bahkan sempat dijual ke beberapa toko ritel, seperti di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Namun, produk buatannya sempat terhenti karena belum memiliki sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kala itu. Padahal, sebagai produk pangan berkhasiat, Arsani wajib mengantongi izin dari lembaga tersebut.
Kini, berkat dukungan dari pemerintah daerah melalui program bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan sertifikasi halal secara dan BPOM gratis, produk-produk dari Arsani sudah bebas beredar di pasaran.
Menurut Arsani, setelah dirinya mengantongi sertifikat BPOM dan belajar berjualan platform digital, produknya semakin dikenal luas masyarakat. Dulu, produknya hanya dikenal di wilayah Tabalong saja, tetapi kini sudah merambah ke Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, hingga ke Pulau Jawa.
“Setelah mengikuti pelatihan dari Adaro dan Tokopedia, peningkatan hampir 40 persen. Sebelumya produksi sekitar 300 kilogram per bulan sekarang 500 kilogram lebih per bulannya,” ucapnya.